blog mya wuryandari

Meluruskan Pandangan Tentang Remaja, Buku Ini Wajib Dibaca

2 komentar

 

remaja budi ashari
Assalamu’alaykum warrahmatullahi wabarakatuh

Nggak kerasa kita udah sampe ke weekend lagi, kembali weekend, kembali nulis, hehehe. Meski sedang ber me time ria kali ini saya akan sharing tentang bahasan yang agak berat, hohoho apakah itu. Kali ini saya ingin berbagi info tentang sebuah buku, yang tidak terlalu besar namun isinya lumayan berat. Buku ini tidak besar dan hanya berisi 140 halaman. Namun isinya bisa merubah pandangan kita tentang remaja. 

Buku yang sudah cetakan ke dua ini berjudul, "Remaja Antara Hijaz dan Amerika", buku ke 3 seri parenting nabawiyah setelah "Inspirasi Rumah Cahaya" dan "Ke mana Kulabuhkan Hati Ini". Ditulis oleh Ustadz Budi Ashari, seorang ahli sejarah yang juga pemerhati pendidikan Islam, beliau adalah pendiri Kuttab Al Fatih

Baiklah, mari kita bahas beberapa hal berkaitan dengan intisari buku ini sambil ngopi-ngopi atau ngemil D'Tela juga boleh lah ya,

Perbedaan Mendasar Mengenai Perkembangan Manusia

Jadi, ketika belajar dulu tentang perkembangan manusia, ada fase peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang bernama remaja. Fase ini dinilai sebagai fase transisi yang menjadi fase krusial perubahan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Memang di fase ini terjadi perubahan-perubahan terhadap diri manusia secara fisik yang kemudian berefek pada perubahan secara psikis pula.

Memang perlu berhati-hati dalam melampaui masa ini, karenanya cara pandang terhadap individu di masa ini akan ber efek pada bagaimana menyikapi perubahan-perubahan yang ada agar semua perubahan itu membawa kebaikan bagi seseorang, bukan justru mempersulit atau membahayakan.

Berbeda dengan cara pandang psikologi modern mengenai fase remaja ini, Islam memiliki pandangan tersendiri. Fase perkembangan manusia hanya ada anak-anak kemudian dewasa, yang ditandai dengan mencapainya masa baligh bagi seseorang. Batas seseorang menjadi dewasa adalah baligh. Karena ketika sudah baligh, maka ia sudah menerima taklif (pembebanan). Individu di masa ini disebut mukallaf, orang yang menerima taklif. Karenanya, usia baligh ini seharusnya, seseorang sudah mencapai kondisi yang siap menerima beban. Yang bisa membedakan mana yang baik dan buruk untuk dirinya. Mana yang jika dilakukan ber efek pada kemaslahatan dan mendapat ganjaran pahala, serta mana yang mengarah pada kemaksiatan dan mendapat ganjaran dosa.

Konsep yang berbeda ini tentu saja akan ber efek pada hal lain, salah satunya adalah tugas perkembangan. Karena berbeda teori perkembangan, maka tentu tugas perkembangannya juga akan berbeda. Dan selanjutnya, tugas perkembangan yang menjadi acuan program pendidikan (karena pendidikan disusun agar seseorang mampu memenuhi tugas perkembangannya) juga akan berbeda.

Ini yang menjadi keresahan saya sejak dulu. Bagaimana menyusun program pendidikan yang tepat untuk manusia, apabila landasan teori yang mendasari nya sudah tidak tepat. Program pendidikan dirancang untuk membantu individu menyelesaikan tugas perkembangan di tahap nya masing-masing. Tugas perkembangan ini didapat dari teori perkembangan. Maka jika teori nya saja sudah tidak tepat, lalu bagaimana program pendidikan yang dibangun atas dasar teori perkembangan yang kurang tepat tadi?

Ibarat bangunan, pondasi merupakan poin penting dalam mendirikan bangunan. Apabila pondasinya baik, maka bangunan itu bisa kokoh, meski hanya bangunan sederhana namun ia kuat dan bisa berfungsi layaknya bangunan. Tapi tidak demikian jika pondasinya salah. Bangunan seperti apapun cantiknya akan mudah roboh jika pondasinya tidak tepat.

Maka saya setuju dengan dengan apa yang dikatakan Dr. Dinar Kania, peneliti INSISTS dan CGS tentang buku ini

“Hadirnya buku ini semakin mempertegas bahwa banyak konsep psikologi barat yang tidak sesuai dengan pandangan hidup Islam sehingga harus melalui proses Islamisasi sebelum bisa diadopsi oleh ummat. Buku ini menginspirasi sekaligus memotivasi kita agar terus menggali pemikiran-pemikiran pendidikan yang berasal dari khazanah intelektual Islam”.

Siap Mengubah Mindset

Membaca buku ini kita harus siapkan diri untuk menerima perubahan pandangan yang selama ini tertanam dalam pikiran kita. Buku ini hadir sebagai upaya mengubah pola pikir dan cara pandang dunia remaja dalam pandangan Islam.

Dilengkapi dengan fakta-fakta sejarah, data-data faktual yang disajikan penulis menjadi penguat ayat-ayat dan hadits yang disampaikan dalam buku ini. Ini bukanlah sejarah parenting, tapi menyajikan konsep kenabian (nubuwah) tentang persiapan usia baligh generasi. Penulis ingin menghadirkan seutuhnya konsep yang sudah ada sejak dahulu. Langsung dari sumber teladan, dan tidak ada yang lebih teladan dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘Alaihi Wassalam.

Di awal buku ini, kita akan disajikan tentang perbedaan besar cara pandang terhadap usia remaja. Sebagian orang akan memberikan pemakluman yang besar ketika usia remaja melakukan kesalahan. Apologi yang tidak tepat membuat usia remaja seakan-akan usia yang pada umumnya orang-orang biasa melakukan kenakalan dan kesalahan.

Sewaktu kuliah dulu, bahkan ada dua mata kuliah khusus tentang remaja. 'Penyimpangan Perilaku Remaja' dan 'Hambatan Perkembangan Anak dan Remaja'. Menunjukkan pada usia ini pemahaman psikologis terhadap para remaja (baca; pemakluman-pemakluman)itu perlu diberikan. Padahal, usia muda ini memiliki makna yang luar biasa mulia dalam Islam.

Ketika kemudian saya menemukan konsep lain tentang remaja di masa kuliah karena bertemu dengan Psikologi Islam, maka penerapan konsep Islam kepada konsep remaja menurut Psikologi Barat tidak sesuai. Saya pernah memaksakan konsep tersebut dalam ujian salah satu mata kuliah tersebut yang berakhir pada nilai D, sehingga harus diulang, hehe. Tapi ketika konsep yang sama saya ikutkan dalam lomba Essay Psikologi Islam malah mendapat juara II. ini semakin menguatkan saya bahwa dua konsep yang berbeda tidak bisa disatukan.
transkip nilai
setelah diulang tetep sampenya nilai BC aja karena ga mau nurut, hehe.. psikologi dewasa lebih sesuai

Ibnu Katsir dalam kitab tafsirnya, menjelaskan kata fityah ashabul kahfi:

Allah ta’ala menyebutkan bahwa mereka adalah pemuda. Karena mereka (para pemuda) lebih mudah menerima kebenaran, lebih mudah mendapatkan petunjuk jalan (yang lurus) dibandingkan orangtua yang durhaka dan tenggelam dalam agama kebathilan.

Untuk itulah kebanyakan yang menyambut (seruan) Allah dan RasulNya Shalallahu ‘Alaihi Wasallam adalah pemuda. Adapun orang-orang tua Quraisy, kebanyakan mereka tetap bertahan dalam agama mereka dan tidak masuk Islam kecuali sedikit saja.

Begitulah Allah mengabarkan tentang ashabul kahfi bahwa mereka adalah pemuda.

Tentu saja pendapat Ibnu Katsir ini memiliki dasar yang kuat. Kita temukan fakta 10 sahabat Nabi yang paling awal masuk Islam serta yang dijamin masuk surge adalah para pemuda. 5 orang diantara mereka berusia di bawah 20 tahun.

Demikian pula tentang pubertas. Di mana pandangan barat hanya melihat fisik dalam menandai masa yang mulia ini. Gambaran tentang masa ini demikian buruk dan dinyatakan penuh dengan masalah. Rasulullah tidak pernah menyebut fase pubertas ini tapi menyebut usia ini dengan sebutan syabab. Kata ini dalam bahasa Arab mempunyai akar makna, yaitu: kekuatan, baru, indah, tumbuh, awal segala sesuatu. Istilah yang penuh harapan dan otimisme, bukan kekhawatiran akan datangnya berbagai masalah.

Maka seperti pesan penulis,
mari ganti kacamata kita dalam melihat usia muda. Kacamata barat yang gagal mendidik anak muda nya, jangan lagi dipakai. Tinggalkan! Gantilah dengan kacamata nabawi.

Antara Pemuda Hijaz dan Remaja Amerika

Selanjutnya penulis menyajikan hasil penelitian dari Dr. Khalid Ahmad ASy Syantut, seorang pakar pendidikan. Beliau menyebar kuisioner kepada keluarga muslim di Makkah dan Madinah. Keluarga yang dipilih merupakan keluarga dengan kepala keluarga lulusan universitas dan secara ekonomi termasuk keluarga menengah. Karena kondisi keluarga seperti itu yang biasanya memiliki komitmen tinggi untuk menghadirkan pendidikan Islam di rumah mereka.

Sebagian besar orangtua melihat dan merasakan, bahwa masa remaja bukanlah masalah bagi anak-anak remaja mereka. Hal menarik lainnya, adalah bahwa orangtua menyiakan mereka menghadapi usia remaja. hingga ketika usia itu hadir, mereka melewatinya tanpa masalah.
kuesioner
quesioner yang diisi oleh orangtua remaja Makkah dan Madinah

Lalu barangsiapa mengikuti petunjukKu, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. (Q.S. Thaha:123)
Selanjutnya buku ini juga menjabarkan tentang usia-usia muda yang tergambarkan dalam Al Qur’an. Dan hadits antara lain;
  • Tentang Ibrohim ‘alaihis salam yang berani melakukan perlawanan terhadap kebatilan
  • Tentang Ashabul Kahfi yang dengan teguh memperjuangkan keimanan mereka
  • Tentang pemudi-pemudi (saudari Musa dan putri-putri Nabi Syuaib) yang amanah dan amat penurut terhadap perintah orangtuanya
  • Tentang Yusuf yang menolak untuk melakukan maksiat saat digoda perempuan cantik jelita
  • Tentang Tentang Dawud yang menjadi penghancur Raja yang DzalimSemua berada dalam usia pemuda. Namun yang dilakukan mereka adalah tentang kebaikan.
Kemudian, dalam satu bahasan juga dijabarkan tentang konsep kepemilikan harta. Konsep tentang ar rusyd dan as safih, kriteria bagaimana seseorang yang sudah baligh bisa diserahkan harta untuk dikelola. Betapa lengkap bahasan Islam soal usia remaja ini jika kita berusaha menggalinya.

Selanjutnya, melalui buku ini ustadz juga mengarahkan kita bagaimana menyikapi usia muda ini, apa saja yang perlu disiapkan, agar usia ini tidak menjadi suatu momok yang mengkhawatirkan, namun sebuah masa gemilang yang kita tunggu kedatangannya.

Akhirnya, itulah sedikit ulasan tentang buku kecil yang membawa perubahan besar tentang cara kita memandang remaja ini. Sungguh buku yang sangat direkomendasikan untuk para orangtua agar lebih semangat dan penuh optimisme dalam menyiapkan masa muda anak-anak kelak. Agar mereka tumbuh menjadi pemuda-pemuda yang penuh dengan kebaikan.

Saya tutup ulasan ini dengan mengutip apa yang dikatakan oleh Muhaimin Iqbal tentng buku ini, owner Gerai Dinar, yang juga memiliki kepedulian terhadap pendidikan negeri ini,
“ Buku ini hadir tepat waktu, yaitu ketika para pendidik galau dengan perubahan demi perubahan kurikulum sekolah mereka. Ketika para orantua galau dengan kualitas pendidikan anak-anak mereka. Dan ketika masyarakat resah dengan kualitas kehidupan yang tak kunjung membaik setelah 67 tahun merdeka..”

Dan bahkan..hingga kini menuju 76 tahun merdeka..

Semoga Allah senantiasa membimbing kita.

Salam,


Ummi mya

Related Posts

2 komentar

  1. Wah..mb Mya..aku butuh buku ini ne buat persiapan anak gadis pra baligh..
    Makasih ulasannya mba

    BalasHapus
  2. Pasti bagus , sangat senang dengan seyiap ulasan yanh dilakukan Ust Budi Ashari. Psikologi barat memang tidak.seutuhnya pas.

    BalasHapus

Posting Komentar