blog mya wuryandari

Cerita Di Balik Camilan Tradisional D’Tela

2 komentar

 

D'tela

Assalamu’alaykum warahmatullahi wabarakatuh

Happy weekend teman-teman! Sungguh waktu luang adalah nikmat. Karenanya, maka waktu luang pun perlu disyukuri. Semoga kita semua termasuk ke dalam orang yang bersyukur terhadap semua nikmat yang Allah berikan.  Walaupun ga bisa ke mana mana bukan berarti kita tidak bisa menikmati waktu luang ya. Kita bisa mengisinya dengan berbagai aktifitas yang bermanfaat. Weekend juga bisa kita pakai untuk Me Time.

Ngapain aja Me Time temen temen? Kalau saya bisa baca, entah baca buku, blogwalking, baca status medsos, eh.. :D,  atau nulis-nulis konten blog kaya sekarang ini. Nah kalo lagi me time gini enaknya tentu saja sambil ngemil, yakan..(sejenak lupakan dulu timbangan,yang penting bahagia, kayak gitu kan alibinya pada..hihi). Belakangan kami lagi suka banget nih sama camilan tradisional homemade yang bisa diorder dan dianter ke rumah jadi kita ga perlu repot-repot keluar rumah untuk mendapatkannya. Apa tuh? Kenalin ya, namanya D’Tela.  Camilan tradisional sejenis keripik yang diberi bumbu. Krispi namun tidak keras, dengan rasa pedas manis yang memanjakan lidah. Ga kerasa, 1 bungkus tau-tau abis, hehehe.

Hasil tanya-tanya sama owner D’Tela yang kebetulan temen sendiri, ada yang menarik nih tentang proses pembuatan D’tela, terutama tentang  pencarian bahan baku dan pemilihannya. Tentu saja itu membuat saya semakin jatuh hati sama D’Tela ini. Apa aja yang menarik? Ayuk lah kita cari tau.

Bahan Utama D’Tela Mengusung Ketahanan Pangan 

Dari namanya uda bisa nebak kan bahan dasarnya D’Tela ini apa, yup, bener banget. D’Tela adalah camilan ringan yang terbuat dari bahan baku utama singkong. Tanaman dengan sebutan lain ubi kayu ini merupakan salah satu bahan makanan pokok khas Indonesia.

Pemilihan singkong sebagai bahan baku yang hendak diolah salah satunya adalah meningkatkan pemanfaatan singkong sebagai bahan baku lokal dan sejalan dengan program pemerintah baik pusat ataupun daerah berkaitan dengan upaya ketahanan pangan nasional.

Jadi menambah diversifikasi alias varian dari olahan singkong ternyata membantu meramaikan kebutuhan akan singkong yang kemudian merangsang petani-petani singkong untuk lebih produktif. Baik secara langsung ataupun tidak, D’Tela turut andil dalam pengembangan singkong sebagai pangan alternatif yang memiliki keunggulan strategis. Keren ya..

Serupa Tapi Tak Sama

Pertama kali melihat rupa D’Tela kita mungkin akan teringat dengan camilan legend khas Solo yang namanya balung kethek, atau di daerah Jawa Tengah lainnya disebut mangleng. Ya, berbeda dengan keripik atau ceriping, D’Tela ini memiliki rupa irisan yang memanjang.

Proses pembuatannya pun lebih rumit dibanding keripik. Singkong yang telah dikupas, dicuci bersih, harus dikukus terlebih dahulu, kemudian diiris tipis-tipis, baru digoreng. Itulah kenapa sensasi D’Tela ini kriuk, renyah namun empuk. Ga bikin gigi sakit saat memakannya.

Berbeda dengan balung kethek atau pun mangleng , D’Tela tidak melalui proses penjemuran setelah diiris. Hal ini mempermudah proses dan menghemat waktu produksi karena tidak perlu menunggu proses penjemuran. Namun D’Tela tetap bisa renyah sampai ke mulut kita, hehehe.

proses d'tela

Berkembang Bersama Pedagang Lokal Sekitar

maktua

Hal lain yang mebuat jatuh hati pada D’Tela adalah upaya sang owner untuk memberdayakan pedagang lokal di sekitar tempatnya tinggal. Melihat pedagang yang menyajikan beragam dagangan hasil pertanian, timbul keinginan untuk membeli dalam jumlah yang tidak sedikit agar para pedagang pun berkembang. Nah, membeli untuk bahan baku produksi adalah salah satu jalannya.

Singkong-singkong D’Tela dibeli dari pedagang lokal sekitar tempat owner  tinggal di pasar Krempyeng, Dinar Mas, Meteseh, Tembalang, Semarang. Orang-orang memanggilnya dengan sebutan Mak Tua. Bawang merah, bawang putih, cabe merah, cabe rawit juga dibeli di sana.

'Simbiosis mutualisme' ini juga dilanjutkan dengan membuka kesempatan reseller. Sehingga selain owner sendiri, pundi-pundi rupiah yang datang melalui perantara D’Tela bisa didapatkan orang lain juga. Banyak manfaatnya, itulah tujuan lain pengembangan produksi serta penjualan D’Tela.

Bahan Alami Segar Nan Bermanfaat Bagi Tubuh

Biasanya, D’Tela dikemas dalam kemasan pouch dengan berat  100gr. Range harganya sekitar 10-13 ribu rupiah per kemasan. Mungkin akan terkesan lebih tinggi harganya jika dibandingkan produk sejenis seperti balung kethek atapun mangleng. Ini karena ada yang berbeda dengan bahan yang digunakan D’Tela sebagai campuran bumbunya.

Jika pada umumnya produk sejenis menggunakan gula pasir dalam bumbunya, maka tidak dengan D’Tela. Selain mengusung produk bahan dasar lokal, D’Tela juga merupakan produk non MSG, non pengawet, non pewarna, dan juga non gula pasir. Manis dalam bumbu D’Tela menggunakan gula aren. Inilah yang membuat harga D’Tela cenderung lebih tinggi sedikit, namun masih sangat terjangkau dan cukup worth it ya.

bumbu dtela

Bumbu-bumbu yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, cabai, gula aren, garam, diolah hingga terkaramelisasi dan disatukan dengan irisan singkong yang telah digoreng sehingga bumbu melekat dan menyatu dengan singkong renyah tadi. Butuh mencapai konsistensi alias kekentalan bumbu yang tepat untuk menyatukannya dengan irisan singkong yang telah digoreng agar tidak menjadikan singkong melempem dan tidak kriuk lagi. Heu susah ya, makanya saya ga ada pikiran untuk buat sendiri, hehehe.


kemasan dtela

Selain kemasan personal untuk pribadi, D’tela juga bisa banget loh dikemas cantik untuk hantaran silaturahmi ke kerabat atau bawaan untuk berkunjung ke teman. Selain rasa pedas manis, D’Tela juga ada varian cokelat yang menggunakan dark chocholate compound untuk balutannya, asik kan. Jadi si kecil ga ngiri lagi kalo liat kita ngemil D’Tela. Karena bisa sama-sama  makan meski dengan varian rasa yang berbeda.

Ohya, D’Tela ini adalah salah satu varian produk dari Rumah Produksi Djawa Food yang memiliki produk unggulan Minuman Gula Asem selain D’tela ini. Gula Asemnya juga berkualitas, matching banget loh buat temenin D’Telanya. Manis pedas renyahnya D’Tela bersanding dengan segar asam manisnya gulo asem..mmm.. kamu mau coba? Bisa intip info dan kontak ownernya lewat IG mereka di sini ya.

Baiklah, demikian sedikit cerita di balik renyah nikmatnya D’Tela. Bahkan dari camilan ringan kita bisa belajar, menjadi apapun, berusahalah, menjadi yang banyak manfaatnya..

Salam,

Ummi Mya

Related Posts

2 komentar

  1. Wah cantik euy kemasannya, emang cocok banget kalo dijadiin hampers. Keripik singkong itu banyak fansnya mbak. Duh gatel tanganku, pengen ngadoin iini wkwk

    BalasHapus
  2. Apart from the “normal” roulette variations, you can to|you possibly can} usually find live casino roulette tables. They permit gamblers to play against 1xbet korea one another while being accompanied by an actual croupier. You can find different live roulette variations, such as European, French, or American roulette.

    BalasHapus

Posting Komentar