blog mya wuryandari

MERDEKA DARI DARURAT PEROKOK ANAK ; TUGAS BERSAMA WUJUDKAN MASYARAKAT SEHAT

8 komentar

 

darurat perokok anak
Hai Pembelajar, Selamat hari Anak Nasional ya meski ini sudah Agustus dan temanya sudah kemerdekaan, sekalian aja ya kita berusaha memerdekakan negri ini dari jeratan tembakau.
Di Indonesia, kematian karena 33 penyakit yang berkaitan dengan perilaku merokok mencapai 230.862 pada tahun 2015, dengan total kerugian makro mencapai Rp 596,61 triliun. Tembakau membunuh 290 ribu orang setiap tahunnya di Indonesia dan merupakan penyebab kematian terbesar akibat penyakit tidak menular.
Fakta ini tentu saja menjadi ironis di saat pemerintah Indonesia melalui Kementrian Kesehatannya mencanangkan gerakan hidup sehat (germas), di mana salah satu pilarnya adalah tidak merokok. Merokok merupakan kebiasaan yang banyak memberi dampak buruk bagi kesehatan. Berhenti merokok menjadi bagian penting dari gerakan hidup sehat dan akan berdampak tidak pada diri perokok, tetapi juga bagi orang – orang di sekitarnya.

Kondisi yang semakin membuat miris adalah, bahwa saat ini, pengguna rokok tidak hanya orang dewasa, namun juga anak-anak. tentu saja ini akan berdampak pada kondisi keseatan anak-anak. Perubahan perilaku anak yang merokok ini juga dapat dilihat seperti kurang fokus belajar, gangguan belajar, gangguan daya tangkap, energi menurun, gangguan kecemasan, hingga depresi ringan.

Ketika seseorang telah kecanduan rokok, nikotin yang terkandung dalam tembakau merangsang otak untuk melepas zat yang memberi rasa nyaman. Kecanduan nikotin dapat mengakibatkan rasa tidak nyaman, mudah marah, sulit berkonsentrasi.

tingginya tingkat perokok juga menyebabkan tingginya angka penyakit tidak menular mematikan, terus naiknya jumlah klaim jaminan kesehatan, dan sulitnya menurunkan angka stunting.

Nah, dengan kondisi seperti ini, tentunya kita belum merdeka sepenuhnya, paling tidak dari gempuran masifnya gerakan merokok yang bahkan sudah merambah ke konsumen anak. Maka perlu kita bergerak bersama menghadapi kondisi ini agar mampu wujudkan masyarakat yang sehat dan negri yang merdeka sepenuhnya.

Perokok Anak Saat Ini

Seperti yang sudah disampaikan di atas, bahwa pengguna rokok saat ini bukan hanya orang dewasa tapi juga anak-anak.

Penjualan rokok pada tahun 2021 meningkat 7,2% dari tahun 2020, yakni dari 276,2 miliar batang menjadi 296,2 miliar batang. Konsumsi rokok berjumlah 70,2 juta orang dewasa, dan penggunaan rokok elektrik meningkat 10 kali lipat dari 0,3% di tahun 2011 menjadi 3% di tahun 2021.

Yang lebih mengkhawatirkan adalah jumlah perokok anak ikut meningkat. Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), dan Sentra Informasi Keracunan Nasional (Sikernas) dari BPOM menyebutkan ada 3 dari 4 orang mulai merokok di usia kurang dari 20 tahun.

Prevalensi perokok anak terus naik setiap tahunnya, pada 2013 prevalensi perokok anak mencapai 7,20%, kemudian naik menjadi 8,80% tahun 2016, 9,10% tahun 2018, 10,70% tahun 2019. Jika tidak dikendalikan, prevalensi perokok anak akan meningkat hingga 16% di tahun 2030.
Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) menunjukkan, jumlah perokok anak usia 10-18 tahun terus meningkat dari 7,2 persen pada 2013 menjadi 9,1 persen pada 2019. Padahal, pemerintah Indonesia dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019 menargetkan perokok anak harusnya turun menjadi 5,4 persen pada 2019.
jumlah perokok anak

Gambaran angka-angka tersebut tentu saja membuat saya pun kemudian berpikir, mengapa anak-anak ini begitu tertarik untuk merokok. Mungkin kita bisa cegah anak-anak merokok dengan meminimalisir hal yang membuat mereka tertarik untuk merokok. Dari beberapa sumber kemudian saya dapati bahwa penyebab banyaknya anak yang merokok antara lain iklan rokok di berbagai media.

Berbagai penelitian membuktikan iklan promosi dan unsur rokok menimbulkan rasa ingin merokok, mendorong anak-anak untuk terus merokok bahkan mendorong anak yang sudah tidak merokok jadi merokok lagi. Selain iklan, acara olahraga (46,6 persen), logo merchandise (39,1 persen), acara musik (39 persen), sampel gratis (14,7 persen), harga diskon (12,3 persen), dan hadiah gratis (8,7 persen) juga jadi penyebab anak usia 10-18 tahun menjadi perokok aktif.

media iklan rokok

Seperti yang diceritakan nara sumber saat webinar darurat perokok anak, bawa adiknya yang kelas 4 SD bahkan sudah bisa membeli perlengkapan rokok elektrik secara mandiri, yang diketahuinya via konten-konten media sosial yang membahas tentang rokok elektrik. Tentu saja ini adalah hal yang mengkhawatirkan. Semudah itu rokok elektrik diakses untuk bisa digunakan.


Rokok dan Generasi Penerus Bangsa

Mari kita bayangkan, dengan jumlah prevalensi yang semakin besar tiap tahunnya, bagaimana kondisi kesehatan masyarakat kita selanjutnya. Jika dampak kerusakan serta kerugian kesehatan yang disebabkan rokok saat ini saja sudah sedemikian besar, maka bagaimana jika saat ini anak-anak sudah merokok.

Ini bukan sekedar pembahasan tentang kuantitas, namun juga kualitas. Kualitas manusia seperti apa nantinya yang akan muncul di tahun-tahun selanjutnya apabila generasi mudanya saat ini sudah menjadi pecandu rokok? Sedang kita sendiri mengetahui, dampak kesehatan yang ditimbulkan rokok tidaklah ringan.

Remaja yang merokok memiliki status kesehatan yang buruk dibandingkan dengan remaja yang tidak merokok. Hal yang paling sering dialami oleh para perokok muda ini adalah sakit kepala dan sakit punggung yang sering sekali muncul.

Hal ini ditunjukkan pada penelitian yang melibatkan 5000 perempuan muda yang diteliti selama 7 tahun. Dari hasil penelitian tersebut, diketahui bahwa mereka yang menjadi perokok aktif sangat sering berkunjung ke rumah sakit dengan berbagai alasan kesehatan, salah satu yang paling sering adalah masalah pada tulang dan otot. Selain itu, diketahui juga bahwa remaja yang menjadi perokok aktif mengalami penurunan kemampuan merasakan rasa suatu makanan serta gangguan tidur.

dampak rokok pada anak

Dampak buruk rokok bagi anak dan remaja antara lain ;

1. Paru-paru berhenti berkembang

Perkembangan paru-paru juga akan dipengaruhi jika melakukan kebiasaan merokok terlalu dini. Rokok menyebabkan gangguan pada pertumbuhan serta perkembangan paru pada anak-anak dan remaja, hal ini mengakibatkan paru-paru berhenti untuk tumbuh. Gangguan ini dapat menimbulkan masalah kesehatan yang kronis hingga ia beranjak dewasa.

Menghentikan kebiasaan merokok pada anak-anak dan remaja mungkin saja bisa membuat paru-paru kembali berkembang. Sebuah riset juga menyatakan bahwa jika anak merokok selama 20 hari, maka dampaknya pada paru seperti telah merokok selama 40 tahun, dan ia pun berisiko mengalami kanker paru.

2. Gejala penyakit jantung dan pembuluh darah yang terjadi lebih awal

Merokok pada usia yang muda dapat menyebabkan kerusakan sistem peredaran darah, yang kemudian akan bertambah parah saat ia tumbuh dewasa. Ketika ia memasuki usia dewasa, bukan tidak mungkin berbagai penyakit jantung langsung dapat dialaminya, seperti penyakit jantung koroner, aterosklerosis, gagal jantung, serangan jantung, serta stroke. Penyakit-penyakit ini adalah penyebab utama dari kematian muda yang cukup tinggi terjadi di dunia.

Sebuah penelitian yang dilakukan di Taiwan pada perokok aktif yang berusia muda menunjukkan bahwa ternyata dari kelompok tersebut banyak yang mengalami kondisi hipertrigliseridemia, neutrophilia, dan hiperkromia.

3. Kerusakan gigi

Kebiasaan merokok adalah penyebab utama dari gangguan kesehatan gigi dan mulut. Hampir setengah dari infeksi yang terjadi di mulut terjadi pada perokok aktif dengan rentang usia di bawah 30 tahun. Sebuah riset juga membuktikan hal yang sama, yaitu perokok aktif yang berusia sangat muda mempunyai karies, plak, dan berbagai infeksi gusi dan mulut lebih banyak dibandingkan dengan anak seusianya yang tidak merokok.

4. Masalah pada otot dan tulang

Penelitian dalam lingkup yang cukup besar, dilakukan di Belgia dan melibatkan sebanyak 677 remaja. Dari penelitian ini diketahui bahwa remaja yang sering merokok memiliki kepadatan tulang yang rendah serta penurunan puncak pertumbuhan yang seharusnya terjadi pada usianya. Sama dengan penelitian sebelumnya, penelitian yang mengikutsertakan 1000 remaja laki-laki di Swedia menemukan bahwa kelompok yang merokok mengalami kerapuhan tulang pada bagian tulang belakang, leher, tengkorak, serta pada tangan dan kaki.

Dengan segala risiko penurunan kesehatan yang disebutkan, lalu bagaimana kiranya kualitas generasi kita ke depan? Rokok bahkan berpengaruh dalam sulitnya menurunkan angka stunting di negri ini. Ibu hamil yang merokok atau yang menghirup asap rokok cenderung membuat pertumbuhan janinnya melambat. Apalagi jika si janin ini kemudian tumbuh besar lalu merokok, terus hingga memiliki anak dan begitu pula ke anaknya kelak, ini menjadi lingkaran setan yang sulit diputus dalam penyebab terjadinya stunting.

Maka mari, saatnya kita siapkan generasi penerus bangsa yang berkualitas, dengan kondisi kesehatan yang prima, sehingga menjadi manusia yang kuat secara jasmani dan rohani. Karena dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat.

Peran Elemen Bangsa dalam Menangani Perokok Anak

peran elemen bangsa

Keluarga

Kepala BKKBN Hasto Wardoyo menegaskan, rokok erat kaitannya dengan stunting. Beliau pun menyinggung bayi yang lahir panjang badan kurang dari 48 sentimeter masih di angka 22,6 persen.

Menurut Riskesda 2018 yang lahir prematur masih 29,5 persen. Cukup tinggi. Sementara itu, pengaruh rokok itu terbukti kan semua sepakat dari hasil katakanlah dari meta analisis atau statistika review itu semua menunjukan bahwa pengaruh rokok adalah janin tumbuh lambat. Secara ilmiah antara rokok dan pertumbuhan janin ini sudah terbukti dan sangat signifikan.

Hal ini menunjukkan bahwa keluarga memegang peran teramat penting dalam konsumsi rokok. Seorang ayah perokok akan membawa dampak tidak baik baik anaknya bakan sejak dalam kandungan. Ayah perokok juga akan menjadi model sang anak yang akan ditiru. Peran orang tua, khususnya seorang ayah harus benar-benar melindungi anggota keluarganya dari bahaya paparan asap rokok. Jika terpaksa, ayah diminta untuk merokok di luar rumah dan jauh dari jangkauan keluarga serta tidak menampakkan diri merokok di hadapan anaknya.

Bagi orang tua yang menginginkan anaknya tidak merokok maka anggota keluarga tidak disarankan merokok dan atau tidak memberikan pengukuh positif ketika remaja merokok.

Masyarakat


Teman sebaya memberikan kontribusi yang cukup besar kepada remaja untuk merokok, dalam hal ini jika orang tua tidak menginginkan anaknya merokok, maka orang tua perlu waspada terhadap kelompok teman sebaya anak-anaknya.

Linkungan juga diharapkan tidak permisif terhadap perilaku merokok pada anak. Artinya, orang dewasa hendaknya menegur ketika mendapati anak atau remaja yang merokok, sebagai fungsi kontrol dalam masyarakat.

Pemerintah


Pemerintah bisa berperan besar dalam memberi perlindungan kepada anak-anak dari paparan rokok. Perlu adanya penyempurnaan perlindungan terhadap generasi muda dan anak-anak dari bahaya merokok.

Pemerintah hendaknya mengambil keputusan segera untuk memperkuat pengendalian konsumsi produk tembakau di Indonesia, baik rokok konvensional maupun rokok elektronik. Langkah penanganan yang cepat, cermat, dan kuat harus segera diambil sebelum benar-benar terlambat. Beban kesehatan yang selama ini terjadi sebenarnya bermuara pada salah satu titik kelemahan, yaitu konsumsi produk tembakau.

Perubahan PP 109/2012 perlu diatur di antaranya mencakup ukuran pesan bergambar pada kemasan rokok diperbesar, penggunaan rokok elektrik diatur, iklan, promosi, sponsorship diperketat, penjualan rokok batangan dilarang, dan pengawasan ditingkatkan.

Kerja Sama Mewujudkan Masyarakat Sehat


Perilaku merokok adalah perilaku yang dipelajari. Proses belajar dimulai dari sejak masa anak-anak, sedangkan proses menjadi perokok pada masa remaja. Proses belajar atau sosialisasi tampaknya dapat dilakukan melalui tranmisi dari generasi sebelumnya yaitu tranmisi vertikal yaitu dari lingkungan keluarga, lebih spesifik sikap permisif orang tua terhadap perilaku merokok remaja. Sosialisasi yang lain melalui transmisi horisontal melalui lingkungan teman sebaya.

Namun demikian, yang paling besar memberikan kontribusi adalah kepuasan-kepuasan yang diperoleh setelah merokok atau rokok memberikan kontribusi yang positif. Pertimbangan-pertimbangan emosional lebih dominan dibandingkan dengan pertimbangan-pertimbangan rasional bagi perokok.

Masyarakat yang sehat adalah cita-cita utama dalam pembangunan kesehatan di Indonesia. Dengan masyarakat yang sehat, pembangunan dapat dilakukan dengan baik, masyarakat dapat berperan secara optimal dan tentu saja biaya pelayanan kesehatan dapat ditekan seminimal mungkin. Dalam beberapa tahun terakhir, Penyakit Tidak Menular (PTM) sudah mulai menunjukkan trend peningkatan. Untuk itu, kerjasama semua elemen masyarakat diperlukan dalam memerdekakan negri ini dari darurat perokok anak demi terwujudnya masyarakat sehat yang akan melahirkan generasi yang hebat.


sumber:

Republika.co.id/berita/rg4h60484/miris-jumlah-perokok-anak-di-bawah-18-tahun-terus-meningkat. Diakses 16 Agustus 2022

https://hellosehat.com/parenting/kesehatan-anak/penyakit-pada-anak/bahaya-merokok-sejak-kecil-anak-remaja. Diakses 15 Agustus 2022

https://mediaindonesia.com/humaniora/510995/kemenkes-peningkatan-jumlah-perokok-anak-mengkhawatirkan. Diakses 15 Agustus 2022

https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/umum/20220729/4940807/perokok-anak-masih-banyak-revisi-pp-tembakau diperlukan/#:~:text=Prevalensi%20perokok%20anak%20terus%20naik,hingga%2016%25%20di%20tahun%202030. Diakses 15 Agustus 2022

https://infoanggaran.com/detail/jumlah-perokok-anak-di-indonesia-meroket-jadi-91-persen .Diakses 15 Agustus 2022.

https://www.republika.co.id/berita/rg4h60484/miris-jumlah-perokok-anak-di-bawah-18-tahun-terus-meningkat. Diakses 15 Agustus 2022

https://promkes.kemkes.go.id/germas. Diakses 15 Agustus 2022

https://www.sehatq.com/artikel/ketika-anak-merokok-orangtua-mesti-ambil-langkah-ini. Diakses 15 Agustus 2022

https://www.suara.com/health/2020/05/31/174328/terungkap-ini-penyebab-utama-anak-jadi-perokok-aktif?page=all.

Jurnal Psikologi Universitas Gadjah Mada. 2000. Faktor-Faktor Penyebab Perilaku Merokok Pada Remaja. Dian Komasari dan Avin Fadilla Helmi


Related Posts

8 komentar

  1. Duh ngeri banget tiap baca kaya gini. Karena ada 2 anak kecil yg dipersiapkan terjun ke masyarakat nih ak wkwk. Semoga anak2 kita dilindungi Allah ya mba. Tetap di jalan yg lurus. Ortu hrs aware bgt dan emg bener membesarkan anak butuh koordinasi banyak pihak. Nggak bisa sendiri2. Demi tercipta lingkungan aman untuk anak.

    BalasHapus
  2. Nah Kan banyak fakta yang mencengangkan tentang jumlah perokok anak saat ini. Tiap tahun selalu meningkat dan terus meningkat. Saatnya kita lebih aware lagi tentang bahayaa rokok untuk mencegah anak kenal rokok.

    BalasHapus
  3. Ngomong-ngomong darurat perokok anak, memang benar. Sering kali menemukan di jalan anak-anak ngebalbuk asap rokok sambil motoran. Ornag tua perlu menyadari kondisi ini

    BalasHapus
  4. MAsalah darurat perokok anak ini sudah WARNING deh! Saya pernah dapat pasien sesak dan foto rontgennya menunjukkan tingkat kerusakan paru yang parah. Ternyata si pasien yang masih 12 tahun ini adalah perokok sejak 1 tahun lalu dan menjadi perokok pasif sejak balita. Kasihan kan jadinya... TAnggung jawab siapa kalau sudah gini?

    BalasHapus
  5. semua stake holder harus turun tangan ya menangani inikarena bagaimanapun bangssa kita ini ada ditangan anak anak inike depannya nah ini udah di grorgoti oleh rokok sungguh mengsedih

    BalasHapus
  6. Kadang bingung juga. Kok bisa ya anak2 udah ngerokok? Sebabnya apa dan motivasinya apa? Padahal kan rokok mahal.

    BalasHapus
  7. Duh, ikut khawatir juga ya walaupun kita sekeluarga tidak merokok tp bisa menjadi perokok pasif jg jika dilingkungan sekitar ada yg merokok.. Karna banyak sekali kerugian yg ditimbulkan dr rokok itu sendiri.. Semoga dgn adanya gerakan ini bisa mengurangi rokok di indonesia..

    BalasHapus
  8. Saya termasuk perokok pasif sejak dalam kandungan karena ayah saya perokok. Bahkan adik saya didiagnosa jantung bawaan, kata dokter salah satunya ya karena dari dalam kandungan sudah jadi perokok aktif. Jujur saya pernah tergoda merokok zaman SMA. Suka nyuri2 roko punya bapak..awalnya suka jilatin fikternya yang manis, lama-lama.kepo kalau dihiduoin kaya gimana..hehe.

    Itu zaman teknologi belum canggih kek dekarang. Jadi keluarga memang pengaruh utama..kalau sekaramg, dengan maraknya medsos, kadang keingintahuan anak-anak jadi bear gara2 lihat di medsos.

    Qodarullah karena ayahnya anak2 juga masih perokok.. justru topik ini jadi bahan diskusi buat saya dan anak wedok yang sudah beranjak remaja. Ya syukurnya anak2 jad kontrol buat ayahnya juga untuk tidak merokok di area rumah.. plus kalau ketahuan merokok di lingkungan kamoung karena lagi nongkrong sama bapak2 yang lain, sellau diteriakin anaknya suruh berhenti wkwk.

    Salah satu cara untuk mebgurangi perokok anak menurut saya ya bekaoi edukasi tentang bahaya merokok dan sebaiknya langsung dari ortu dengan diajak diskusi yang hangat bukan berupa omelan.

    BalasHapus

Posting Komentar