blog mya wuryandari

BAITI JANNATI, BELAJAR DARI LEBAH MADU

19 komentar

baiti jannati

Assalamu’alaykum pembelajar.

Tahun yang baru ini, sudah lakukan langkah apa saja untuk menjadi lebih baik?

Ya, kita semua berharap menjadi orang yang senantiasa beruntung, yakni yang hari ini lebih baik dari kemarin, dan esoknya lebih baik dari hari ini. Tentunya hal itu tidak kita dapatkan tanpa berupaya. Yuk, kita terus semangat menghadapi hari-hari ke depan agar esok selalu menjadi hari yang lebih baik untuk kita.

Kali ini, ummi mya ingin berbagi catatan belajar tentang “Baiti Jannati”. Slogan yang familiar di telinga kita ya, Rumahku Surgaku.

Ungkapan pendek ini tentu saja bukan sekedar slogan, namun sebuah harapan, cita cita serta doa. Impian setiap orang memiliki rumah layaknya surga, dengan kenyamanan, ketenangan serta segala sesuatu yang menyenangkan, tempat kembali yang menentramkan setelah berjibaku dengan dunia yang amat melelahkan.

Catatan belajar kali ini ummi dapatkan saat kajian wali santri tempat anak-anak mencari ilmu. Menulis adalah cara mengikat ilmu, semoga dengan menuliskan dan berbagi catatan ini, Allah rahmati, mengikat ilmunya, serta memudahkan untuk mengamalkannya. Yuk simak.

Makna Mendalam “Baiti Jannati”

Baiti Jannati terdiri dari 2 kata, Bait dan Jannah. Rumah dan Surga. Ustadz Budi Ashari yang menyampaikan kajian ini pun, menjelaskan masing-masing makna katanya.

Pertama, bait. Ia memiliki makna sebagai rumah. Kata “bait” atau “buyuut” (plural) berasal dari kata baata yabiitu yang artinya bermalam. Dari kata ini, kita mendengar istilah mabit (bermalam) atau ahlul bait.

Dalam istilah ini, rumah memiliki fungsi sebagai tempat untuk bermalam bagi para penghuninya. Tempat bermalam, artinya rumah memiliki sifat nyaman. Nyaman untuk bermalam, untuk tempat beristirahat yang menenangkan. Kebayang ya, tentunya kita menginginkan suasana yang nyaman untuk kembali dan beristirahat setelah lelah berjibaku di luar.

Ustadz menyampaikan, kenyamanan dalam istilah bait bukanlah sekedar karena fasilitas yang dimilikinya.

Letak kenyamanan itu ada di hati, maka belum tentu fasilitas mewah dan lengkap menjadi sumber dari kenyamanan penghuninya. Nyaman itu letaknya di hati, terkadang ia hadir dalam rumah kecil nan sederhana. Nyaman itu letaknya di hati. Bisa jadi, kenyamanan itu ada di kebersamaan dengan para penghuninya.

Kedua, kata jannah yang artinya surga. Sebenarnya, arti asli dari kata jannah adalah kebun. Masyarakat arab biasa menyebut kebun, terutama kebun yang lebat dengan kata jannah. Fitrah manusia yang berasal dari surga mendorong kesukaan akan suasana surga seperti kebun yang sejuk dan indah dipandang. Sangat wajar jika kita pun kemudian berusaha menghadirkan suasana ini di dunia, khususnya di rumah kita. Namun perlu diingat bahwa sebaik dan senyaman apapun rumah di dunia, ia hanya sementara. hanya sebentar karena kita akan kembali ke surga yang sesungguhnya.

Belajar tentang rumah, kita bisa melihat dan mengambil pelajaran dari dua binatang yang disebut oleh Allah namanya dalam Al Qur’an sebagai nama surah. Yakni lebah (an nahl) dan laba-laba (al ankabut). Yuk kita simak seperti apa rumah dua binatang istimewa ini.

Belajar dari Rumah Si Lebah Madu

lebah madu

Rumah lebah, khususnya lebah madu adalah rumah yang menghasilkan kebaikan. Apa itu? Madu. Ia menghasilkan madu yang sudah sangat terkenal manfaatnya untuk kehidupan manusia. Al Qur’an bahkan menyebutkan kata syifa sebanyak 4 saja, 3 diantaranya menyebutkan bahwa Al Qur’an lah syifa itu, kemudian yang satu nya adalah madu sebagai syifa. Ini menunjukkan keistimewaan madu. Karenanya, dalam setiap rumah tangga muslim, upayakan ada madu di rumah.

Bukan hanya madu, hal lain yang dihasilkan lebah dalam sarangnya banyak manfaatnya bagi manusia. Kita sering mendengar varian hasil lebah lainnya seberti bee pollen, royal jelly, semua dihasilkan lebah. Belum lagi sarangnya sendiri juga memiliki manfaat yang baik pula. Lilin lebah pada sarang lebah bahkan memiiki khasiat yang baik untuk kesehatan kulit manusia.

Maka rumah kita, diharapkan mampu menghasilkan kebaikan, bukan hanya penghuninya, namun juga bagi sekitarnya.

Hasil kebaikan ini dikarenakan lebah hinggap di bunga, tempat yang baik dan indah. Hal ini mengingatkan kita, untuk menjaga tempat hinggap kita hanya di tempat-tempat yang baik. Sesame anggota keluarga harus salking menjaga agar tempat hinggap anggotanya di tempat yang baik.

Duh ini jadi catatan banget ya, kita harus tau di mana saja tempat singgah anggota keluarga kita, selain kita juga memastikan tempat singgah kita sendiri. Suami istri, anak-anak, dijaga tempat bekerjanya, tempat belajarnya, tempat nongkrongnya, tempat mainnya. Karena tempat singgah akan bepengaruh pada kebaikan anggota keluarga, maka perlu memperhatikan pergaulan anggota keluarga. Kita perlu memastikan, tempat tempat singgah anggota keluarga adalah tempat yang baik.

Hal menarik lainnya adalah adanya pembagian tugas yang jelas pada lebah. Semua anggota memiliki tugas dan tanggungjawab. Terlebih lagi, ratu nya diistimewakan, dijaga di dalam rumahnya. Hal ini mengingatkan kita akan ayat Allah di surah Al Ahzab ayat 33:

“Dan hendaklah kamu tetap tinggal di rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu. Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, wahai ahlul bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya.” 
(Al Ahzab: 33).

Bukan berarti, wanita benar-benar dilarang keluar rumah, namun ada syarat-syarat yang harus diperhatikan ketika keluar rumah. Bahasan untuk ini bisa panjang lagi ya, namun di sini hanya disampaikan bahwa ada pembagian tugas yang jelas dan baik antar anggota keluarga. Jangan sampai, semua tugas dilakukan sesukanya tanpa memperhatikan kondisi.

Misal, sering didapati, orangtua yang keduanya bekerja, sibuk dan meninggalkan tugas pendidikannya kepada anak-anak, tugas pendidikan kemudian didelkegasikan ke sekolah, kemudian berharap anak menjadi sholeh. 
Padahal menurut ustadz Budi, gagalnya pendidikan adalah ketika orangtua tidak terlibat dalam pendidikan anak-anaknya, semua diserahkan ke sekolah.
Pembagian tugas dilakukan agar hasilnya baik. Salah satu contoh pembagian tugas disebutkan dalam Al Qur’an surah An Nisaa’ ayat 34

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka).”

Laki-laki menjadi pemimpin, dan pencari nafkah, wanita tugasnya taat kepada Allah dan bersedia dipimpin pemimpinnya, serta memelihara dirinya. Ini adalah contoh konsep dasar pembagian tugas yang jelas, pembagian tugas terbaik adalah yang sesuai dengan bagaimana Al Qur’an mengajarkannya kan. Layaknya sebuah organisasi, tanpa jobdesk dan poembagian tugas yang jelas maka akan berantakan.

Belajar dari Rumah Si Laba-laba

rumah laba-laba


Al Qur’an jelas menerangkan perumpamaan laba-laba sebagai rumah yang paling lemah. Padahal, beberapa hasil penelitian ahli didapatkan bahwa benang yang dikeluarkan laba-laba adalah salah satu yang paling kuat diu muka bumi. Ia pun memiliki design yang cukup unik dan bagus. Namun rumah laba-laba lemah bukan karena bahannya, tapi karena di rumah tersebut tidak ditemukan kenyamanan, yang merupakan salah satu syarat disebut sebagai rumah.

Pertama, ia tidak memperhatikan tempat dibuatnya sarang, bisa di mana saja. Kemudian, rumah laba-laba merupakan tempat saling menjebak, saling membunuh. Mushtafa Mahfud, seorang peneliti Mesir menjelaskan, pembuat sarang laba-laba berjenis kelamin betina. Setelah berhubungan seks dengan pejantannya, ia akan langsung membenci dan berusaha membunuhnya. Sementara itu, telur-telur laba-laba yang menetas itu pun tindih-menindih dan sebagian di antaranya mati.

Tentu saja kita tidak ingin, rumah kita menjadi tempat untuk saling membunuh, entah secara fisik maupun secara mental atau menjatuhkan satu sama lain antara anggota keluarga. 

Kondisi rumah seperti ini pernah dicontohkan oleh rumah keluarga Nabi Yakub. Karena dianggap lebih mencintai Yusuf dan Bunjamin, anak-anak Nabi Yakub lainnya bersekongkol untuk membunuh Yusuf. Akibat ada hasad, mereka saling bunuh seperti anaklaba-laba. Hal menyeramkan lagi, betina laba-laba yang membangun sarang, setelah dibuahi oleh jantannya maka akan bersegera membunuh jantannya. Karenanya, sang jantan akan berupaya sgera mungkin untuk pergi. 

Maka bayangkan, keluarga seperti apa jika isinya ada suami istri yang bertikai, juga antar anak yang bertikai pula, serta pertikaian antar orangtua dan anak. Subhanallah.
Seketika ummi mya jadi ingat akan banyaknya berita yang mengabarkan, seringkali terjadinya pembunuhan justru oleh keluarga dekat. Ternyata, sudah banyak yang membangun rumah layaknya sarang laba-laba. Naudzubillaah.

Menghadirkan Suasana Jannah di Rumah Kita

Baiti Jannati, hendaknya menjadi perhatian untuk kita, agar kita berupaya bagaimana caranya bisa menghadirkan surge di rumah kita. Bukan sekedar untuk tujuan membaguskan dunia, namun agar kita terbiasa berada dalam kebaikan dan berharap turunnya rahmat Allah yang dengannya, semoga Allah mengijinkan kita masuk ke surge yang sebenarnya.

Seperti apa surga Allah banyak beri gambaran di al Qur’an, salah satunya di surah Az Zumar,

“Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya diantar ke dalam surga secara berombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya [surga] dan pintu-pintunya telah dibukakan, penjaga-penjagana berkata, “Kesejahteraan [dilimpahkan] atasmu, berbahagialah kamu. Maka masuklah, kamu kekal di dalamnya.” 
(az-Zumar: 73)

Dari ayat ini, kita dapati, pintu masuk surga, sebelum memasukinya saja kita sudah diberi salam oleh malaikat. Di dalam surga, tidak ada laghwu atau perkataan yang sia-sia, jelek, kotor. Demikian pula di rumah kita, sebisa mungkin kita hindari kata-kata buruk dan sia-sia. 

Menjaga lisan anggota keluarga menjadi sumber keselamatan. Seorang ayah berkata baik pada istrinya, dan anak-anaknya, demikian pula sebaliknya. Terdengar selalu kalimat baik dan doa doa yang terlantun.

Salah satu akhlak buruk yang harus kita jauhi adalah suka melaknat. Laknat adalah (berdoa) menjauhkan orang lain dari rahmat Allah Ta’ala. Sifat suka melaknat merupakan akhlak tercela yang dapat mengurangi kesempurnaan iman.

Jangan sampai terucap laknat atau doa-doa yang buruk karena Allah melarangnya kepada sesama mukmin, apalagi ia anggota keluarga kita sendiri.

“Jika seorang hamba melaknat sesuatu, maka laknat itu akan naik ke langit, dan tertutuplah pintu-pintu langit di bawahnya. Kemudian laknat itu akan turun lagi ke bumi, namun pintu-pintu bumi telah tetutup. Laknat itu kemudian bergerak ke kanan dan ke kiri. Jika tidak mendapatkan tempat berlabuh, ia akan menghampiri orang yang dilaknat, jika orang itu memang layak dilaknat. Namun jika tidak, maka laknat itu akan kembali kepada orang yang melaknat.” 
(HR. Abu Dawud no. 4905, dinilai hasan oleh Al-Albani)

Ucapan para penghuni surga adalah kesyukuran, hamdallah. Seperti yang digambarkan dalam surah Fatir ayat 34

“Dan mereka berkata, “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan dari kami. Sungguh, Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun, Maha Mensyukuri.”

Maka di dunia ini, dalam keluarga kita, di rumah kita, hendaklah kita perbanyak ucapan layaknya ucapan penghuni surge, hamdallah. Ucapan segala puji bagi Allah. Ungkapan syukur. Seperti yang disampaikan ibunda kita Aisyah radhiyallahu anha dalam hadits yang diriwayatkan Ibnu Majah:

“Rasulullah SAW ketika melihat hal yang beliau sukai mengucapkan alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush shalihat, ‘’segala puji hanya milik Allah dengan segala nikmatnya segala kebaikan menjadi sempurna’. Dan kala mendapati sesuatu yang tak disukai, beliau mengucapkan Alhamdulillah ala kulli hal, ‘segala puji hanya milik Allah di setiap keadaan’.”

Semoga Allah anugerahkan kepada kita rasa syukur selalu, sehingga kita bisa senantiasa mengucap hamdallah sejak di dunia ini, menghiasi rumah kita dengan kesyukuran, kemudian Allah merahmati dan mengijinkan kaki kita kelak menginjak surge yang sesungguhnya. Aamiin.

Related Posts

19 komentar

  1. MasyaAllah watabarokallah, semoga kita semua dapat terus berusaha untuk dapat mewujudkan slogan Baiti Jannatii di setiap rumah kita, menjadikannya tempat terindah untuk kembali setelah aktivitas sahari-hari

    BalasHapus
  2. Alhamdulillah, menyimak dna membaca tulisan ini seperti mendapat oase baru. Menjadikandiri ini makin tahu, makin tertantang berbuat untuk menjadikan penghuni rumah bahagia dari hati dengan hati.

    BalasHapus
  3. Lebah madu yang memberikan banyak hikmah bagi manusia yang mau berpikir. Semoga kita bisa menjadikan rumah kita menjadi baiti jannati

    BalasHapus
  4. MasyaAllah tabarakallah, rumah memiliki makna yg dalm ketika seseorg merasa nyaman dn tentram d rumah...bukn krena kemewahannya tetapi kehangatan dr anggota keluarganya...

    BalasHapus
  5. Pantas lah Allah menyebut bahwa rumah paling rapih adalah rumah laba-laba. Baru tahu kisah laba-laba rupanya begitu keji. Semoga rumah kita adalah jannah yang mendamaikan penghuninya.

    BalasHapus
  6. Masya Allah, artikel ini jadi pengingat sekali lagi, bahwa kenyamanan itu bukan sekadar harta dan fasilitas mewah yang ada di rumah. Banyak insight dari artikel ini... 🥰

    BalasHapus
  7. Masya Allah, terima kasih pengingatnya untuk menjadikan rumah tempat ternyaman yg di ridhoi Allah. Baru tau juga tentang kisah laba-laba, serem juga yaa. Jadi warning nih, untuk membersihkan rumah agar hal2 yg baik juga ikut datang.

    BalasHapus
  8. Terima kasih untuk artikelnya kak, jadi remainder buat diri, saya baru tahu cerita rumah lebah dan rumah laba-laba ini, sangat menarik kak.

    BalasHapus
  9. Waaah, aku baca ini jadi maa shaa Allah gitu, mba.
    Bismillah semoga kita semua bisa belajar dari hewan lebah madu yang rumahnya mampu menghasilkan kebaikan baik untuk penghuninya maupun sekitarnya, aamiin.

    BalasHapus
  10. Masyaallah, aku jadi belajar banyak dari 2 kata ini mbak Baiti Jannati... Membangun rumah seperti rumah lebah, jangan seperti rumah laba-laba konsep yang sangat luar biasa bagi saya 👍❤️

    BalasHapus
  11. MasyaAllah cerita dari lebah dan rumahnya aja ternyata besar sekali ya hikmahnya. Semoga kita bisa mewujudkan rumah yang benar-benar jadi jannah bagi penghuninya. Semoga selalu istiqomah ummi...

    BalasHapus
  12. MasyaAllah alhamdulillah setelah di turki memang lebih banyak di rumah dan no make up sama sekali. Karena mang nggak boleh make up sama, tugas istri dirumah aja nggak boleh oluşturan.

    BalasHapus
  13. Bukan hanya ruamh saja yang menjadi penentu hunian aman, nyaman, ternyata si penghuninya juga turut mempengaruhi ya mbak

    BalasHapus
  14. Masya Allah, reminder bgt nih buat aku, dimana suka gafok klo liat rumah2 yg estetik.

    BalasHapus
  15. masyaallah gambaran yang jelas seklai kak, semoga rumah-rumah kita menjadi rumah yang nyaman untuk ditinggali dan menjadi surga dunia, karena rumah adalah tempat pulang, tempat berkumpul

    BalasHapus
  16. Suka banget baca bagian akhir dari tulisan ini, bagaimana menghadirkan Jannah di rumah kita... Makjleb banget ini.
    Semoga rumah saya bisa menjadi surga bagi seluruh penghuninya...

    BalasHapus
  17. Masha Allah bagus mba tulisannya, informatif dan jadi self-reminder untukku ^^ jadi lebih aware buat bikin baiti jannati di tengah gempuran tantangan dalam membangun keluargawkwkwk thanks mba

    BalasHapus
  18. wah artikelnya sangat bermanfaat, terima kasih sudah berbagi kak :D

    BalasHapus
  19. masyaa Allah tertampar banget baca tulisannya mba, huhu.... bagus banget deh, memotivasi sekali, terimakasih mba

    BalasHapus

Posting Komentar