blog mya wuryandari

ECOPRENEUR DARI BANYUMAS, MENGUBAH SAMPAH MENJADI EMAS

10 komentar

Halo pembelajar, kali ini ummi mya ingin berbagi tentang salah satu sosok yang berperan dalam masyarakat di salah satu daerah di Banyumas, Jawa Tengah. Tepatnya di Desa Banjaranyar. Selalu salut dengan para pemuda yang mampu membawa perubahan bagi masyarakat sekitarnya, karenanya ummi pun tertarik untuk mengulas sosok pembawa perubahan ini. Yuk, kita belajar dari beliau.

Arky Gilang wahab

Gelisah Masalah Sampah

Sampah memang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sehari-hari. Selalu ada produksi sampah tiap harinya, baik dalam rumah tangga maupun usaha dan industri. Tidak semua peduli mengolah sampah meski semua butuh diolah sampahnya. 

Ummi pun teringat saat kuliah dulu, ada kelas kuliah umum yang diisi oleh guru tamu dari fakultas tetangga, Fakultas Teknik, Prof. Sudharto P Hadi, MES, PhD. Beliau mengajar di Teknik Lingkungan saat itu, dan memberi kuliah soal sampah. Saat itulah ummi mengenal adanya NIMBY Syndrome, yakni Not In My Back Yard Syndrome. 

Sebuah sindrom masyarakat yang tidak ingin melihat sampah di sekitar mereka. Tidak pedulli sampah berakhir di mana, asalkan tidak dalam jangkauan rumah dan sekitarnya. 

Ummi pun merasa seperti itu adanya, dan banyak dari kita demikian. Seringkali untuk membersihkan lingkungan, kita hanya memindahkan sampah dari tempat kita ke TPA begitu saja, seluruhnya. Asalkan tidak lagi ada di rumah kita merasa tenang, nyaman. Padahal sampah yang menumpuk di TPA juga tidak kalah mengganggunya ketika terkumpul sedemikian banyak. Tidak menyelesaikan masalah, hanya memindahkan masalah sementara. 

Ya, sementara karena ketika sampah menumpuk dari banyak sumber menjadi satu maka akan menjadi sumber masalah baru. 

Hal tersebut pula lah yang menjadikan gelisah seorang Arky Gilang Wahab, pemuda Banyumas yang memperhatikan masyarakat sekitarnya tinggal.

Tahun 2018 lalu, Banyumas terhebohkan dengan darurat sampah. Kehebohan terjadi lantaran sebagai kota kecil, ternyata persoalan sampah sudah mulai mengemuka. Setiap hari, setidaknya ada 960 ton setiap harinya.

Seringkali, masyarakat terganggu dalam berkegiatan dengan bau menyengat tidak sedap akibat tumpukan sampah. Bau ini tentu saja bukan hanya mengganggu penciuman, namun bisa juga mengganggu kesehatan serta keindahan dan kelestarian alam.

Berawal dari gelisah masalah sampah ini lah kemudian Arky mulai mencari cara bagaimana agar tumpukan sampah yang menimbulkan bau tidak sedap ini bisa sedikit teratasi. Jumlah sampah organik yang ditemukan Arky lebih banyak dari sampah anorganik. 

Sampah organik ini menghasilkan gas metan. Sedikit orang yang mau mengolah sampah organik karena dianggap bau dan sumber penyakuit. Namun, ini menjadi tantangan bagi Arky yang berusaha mencari jalan keluar dari sampah yang banyak ini.

Profil Arky Galang Wahab 

Sebelum lebih jauh membahas apa yang sudah Arky lakukan di masyarakatnya, kita berkenalan dahulu yuk dengan sosok Arky ini. 

Pria bernama lengkap Arky Gilang Wahab ini adalah lulusan S-1 Teknik Geodesi dan Geometika Institut Teknologi Bandung yang tinggal di Desa Banjaranyar Kabupaten Banyumas. Arky adalah Ketua Duta Petani Milenial Banyumas yang terjun ke bisnis pengolahan sampahdengan membudidayakan maggot atau larva pengurai sampah organik yang berasal dari lalat tentara hitam (Black Soldier Fly atau BSF).

Kegigihan Arky memperjuangkan pengolahan sampah ini berperan penting dalam mengatasi darurat sampah Banyumas di tahun 2018 dan membawanya meraih penghargaan Satu Indonesia Award di tahun 2021. 


Ecopreneur Sebagai Solusi

Arky budidaya magot

Di tengah masalah sampah yang demikian meresahkan kota, Arky kemudian mengambil peran untuk ikut andil mengolah sampah. Awalnya, Arky menggunakan metode composing untuk mengurai sampah di wilayahnya. Namun karena metode composing dinilai membutuhkan lahan yang luas dan waktu yang lebih lama, maka ia beralih ke budidaya maggot.

Ia memulai budidaya maggot bersama adik iparnya dengan hanya 5 gram maggot awalnya. Sumber sampah ia dapatkan dari sekitar tempatnya tinggal untuk memberi makan maggot budidayanya.dari budidaya ini, Arky mampu mengolah sampah organic hingga 12 ton dalam sehari. 

Ecopreneur budidaya maggot ini cukup menjadi solusi bagi permasalahan sampah di banyumas. Sampah pun tidak menumpuk hingga permasalahan sampah di kabupaten Banyumas perlahan terselesaikan. 


Ketika Bisnis Berbuah Manis

Bukan hanya menyelesaikan masalah sampah di lingkungannya, gerakan budidaya maggot yang digagas Arky pun menunjukkan hasil manisnya. Greenprosa, brand hasil budidaya maggot milik Arky berkembang dengan baik hingga mampu membuka banyak lapangan kerja bagi penduduk di sekitarnya.

Olah sampah ala arky


Tantangan dan Hambatan

Usaha Arky ini bukan tanpa tantangan. Ketika memulai budidaya yang akhirnya menjadi bisnis, keluarga terutama anak-anaknya mengeluhkan bau sampah yang melekat di dirinya. Bau ini lah yang menjadi tantangan, pun dalam pengolahannya. Namun tantangan ini tidak menyurutkan langkah Arky karena dengan mengolah sampah tersebut ia bangga telah menjadi solusi bagi masyarakatnya. 

Harapan Untuk Masa Depan

Arky tidak lantas puas diri. Ia masih memiliki harapan ke depan, Kabupaten Banyumas benar-benar-benar bebas sampah organik yang dapat menyebabkan polusi tanah. Dengan begitu, Banyumas akan menjadi wilayah yang lebih bersih, indah dan juga sehat serta tanahnya subur.

Penutup

Semoga apa yang sudah dilakukan Arky mampu menggerakkan seluruh anak bangsa untuk bersemangat maju melalui inovasi. Dengan adanya apresisi Astra terhadap pera pembaharu ini, semoga lebih banyak lagi muda mudi yang mampu dan mau memajukan dan menciptakan bangsa yang lebih baik.


Related Posts

10 komentar

  1. selalu salut dg sosok yg peduli sampah. Mindsetnya berkembang dan mereka pantang menyerah buat membuktikan kedua bahwa sampah tak selalu bawa masalah

    BalasHapus
  2. Aku juga sering kepikiran, kalau sampah udah diangkut truk sampah, terus gimana? Kan cuma ditimbun aja. Tapi habis itu woles lagi karena udah terkena nimby syndrome 😢

    Salut buat Mas Arky. Semoga semakin banyak orang (juga pemerintah) yang lebih peduli dengan sampah sehingga pengelolaannya menjadi lebih baik

    BalasHapus
  3. Mungkin aku juga sudah terkena NIMBY Syndrome kali ya. Semoga setelah Baca artikel Ini aku makin Semangat mengolah sampah. Selama ini sampah organ aku timbun dalam tanah sih, buat pupuk nantinya. Tapi masih intermittent wkwk bismilaah semoga lebih semangatt

    BalasHapus
  4. Nggak mudah pasti mengawali itu semua, bahkan sampai dikatain bau sampah :( padahal impactnya besar bgt buat lingkungan. Salut deh, semoga banyak kak arky lain yang tergerak. Ternyata tetangga kabupaten kampung halamanku pula ^^

    BalasHapus
  5. Sampah ternyata jika diperhatikan dengan baik tidak lagi menimbulkan masalah lingkungan ya, tapi sebaliknya bisa menjadi sumber pendapatan juga, Salut dengan anak muda yang peduli lingkungan seperti dia

    BalasHapus
  6. waktu tinggal di Bali pernah liat TPA sampahnya, terus aku gak percaya, hah?sebanyak ini? ko kaya gunung?
    kalau dipikir2 ga heran kalo sampahnya kaya gunung, mau dibuang ke mana juga kan...
    daaan... aku salut sama orang2 yang mau putar otak buat menyelesaikan masalah lingkungan

    BalasHapus
  7. Sosok yg sangat menginspirasi ya. Yuks makin bijak dna ikut serta dalam meminimalisir sampah, aku pun mulai mengajari anak ku melalui baca buku dan mencontohkan lgsg tentunya

    BalasHapus
  8. Inspiratif... kadang kita sendiri kok yanh memang mager. Buang smapah aja seenaknya. Coba ada 100 orang macam mas arky ya..masya Allah. Indonesia dipimpin orang2 inspirtf

    BalasHapus
  9. Sosok seperti masnya ini kudu dibanyakin. Biar banyak yang lebih aware lagi dengan tumpukan sampah yang bisa menjadi bom waktu. Berlomba banyakan sampa atau manusia kelak.

    BalasHapus
  10. Indonesia butuh banyak kader lingkungan seperti Mas Arky, yang bisa meningkatkan kesadaran masyarakat akan lingkungan dan mampu mengubah perilaku masyarakat khususnya tentang pengolahan sampah.... Salut buat MAs Arky...

    BalasHapus

Posting Komentar