blog mya wuryandari

Janganlah Mudah Terpesona; Waspada Saat Mengagum

Posting Komentar

Ngapain sih ngomongin yang udah lalu? Jahiliyah pula...eitts...tenang, insyaAllah saya ud move on, hehehe.

Ternyata pembelajar, penting loh memahami bagaimana kejahiliyahan itu...untuk apa?

Jelas bukan buat ditiru lah ya... tapi untuk dihindari agar tidak mengganggu hubungan kita dengan sang Pencipta lantaran jejak-jejak kejahiliyahan yang tanpa disadari dilakukan.

Umar Bin Khattab Radhiallahu ‘anhu berkata,
“Sesungguhnya ikatan simpul Islam akan pudar satu demi satu manakala dalam Islam terdapat orang-orang yang tumbuh tanpa mengenal (bahaya) kejahiliyahan”.
Jadi perlu lah ya kita mengetahui perkara jahiliyah supaya bisa menghindarinya, bisa membedakan mana perkara yang sesuai syariat...mana yang bukan (bahkan lebih dekat pada kondisi jahiliyah).

Kisah Sang Bapak Kejahiliyahan

Nah, menilik kembali asal muasal terbelokkannya agama tauhid yang dibawa Nabi Ibrahim as, tentang seorang yang ditampakkan sedang menyeret ususnya di neraka (serem banget ya, astaghfirullohaladzim), ialah Amru bin Luhay bin Qam'ah bin Khindzif.

Rasulullah pernah bercerita kepada sahabatnya soal Amr bin Luhay ini. Seperti yang pernah diriwayatkan Sahabat Abu Hurairah

“Rasulullah bersabda : Aku melihat ‘Amr bin Amir Al-Khuza’i menyeret ususnya di neraka, ia adalah orang pertama yang membuat aturan unta Sa’ib” (H.R Abu Hurairah)

Beberapa literatur hadits lain mengatakan hal yang hampir sama, dengan redaksi yang sedikit berbeda. Ada yang menyebutkan bahwa Amr bin Luhay adalah orang pertama yang merusak ajaran Nabi Ibrahim, dsb.

Suatu hari datanglah seorang bernama Amr bin Luhay. Dia adalah salah seorang pimpinan bani Khuza’ah yang juga bertempat tinggal di Tanah Hijaz. Amr bin Luhay terkedal sebagai pribadi yang baik, religius, dan supel. Sehingga disukai dan dipercaya banyak orang.

Dalam sirah Nabawiyah oleh Syekh Syafiyyur Rahman al-Mubarakfury yang bersumber dari kitab ar-Rahiq al- Makhtum, dijelaskan bahwa Amru bin Luhay tumbuh sebagai orang yang dikenal suka berbuat kebajikan, gemar bersedekah, dan respek terhadap urusan-urusan agama, sehingga semua orang mencintainya. Bahkan hampir bangsa Arab kala itu menganggapnya sebagai salah seorang ulama dan wali yang disegani.

Namun amat disyangkan, Amru bin Luhay Saat dia (Amru bin Luhay) mengadakan safar (perjalanan) ke Syam, di sana dia melihat penduduk Syam yang menyembah berhala dan dia menganggap hal itu sebagai sesuatu yang baik dan benar, karena menurutnya Syam adalah tempat para Rasul dan Kitab. Karena itu dia pulang sambil membawa berhala Hubal dan meletakkannya di dalam Ka’bah. Setelah itu dia mengajak penduduk Mekkah untuk berbuat kesyirikan terhadap Allah ta’ala. Orang-orang Hijaz pada akhirnya banyak yang mengikuti penduduk Mekkah karena mereka dianggap sebagai pengawas Ka’bah dan penduduk Tanah Suci.

Awal Kemusyrikan

Kemusyrikan kala itu berawal dari rasa terpesona kepada keunggulan sekelompok manusia lainnya, yang mendorong untuk meniru apa yang dilakukannya yang ternyata tidak sesuai dengan ajaran tauhid.

Kembali kepada Islam

Kemudian Kami jadikan engkau (Muhammad) mengikuti syariat (peraturan) dari agama itu, maka ikutilah (syariat itu) dan janganlah engkau ikuti keinginan orang-orang yang tidak mengetahui. –Q.S, Al Jatsiyah :18

Menurut tafsir Al Muyassar, ayat ini menjelaskan bahwa kemudian Kami (Allah) menjadikanmu (wahai Rasul) di atas jalan yang terang dalam perkara agama, maka ikutilah syariat dimana Kami menjadikanmu di atasnya, jangan mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui syariat Allah yang tidak mengetahui kebenaran. Ayat ini mengandung dalil besar atas kesempurnaan agama ini dan kemuliaannya, serta kewajiban untuk tunduk kepada hukumnya dengan tidak condong kepada hawa nafsu orang-orang kafir lagi ingkar.

Sebelum kita semakin terpesona akan hal-hal baik di sekitar kita, mari kita kembali pada bagaimana syariat Islam memandu umatnya agar bisa menjalani kehidupan sebaik mungkin. Teliti dan telisik kembali, jika ada yang belum baik, bisa jadi yang dilakukan belum sesuai syariatNya.

Sebaliknya, jika pun sesuatu terlihat baik, bisa jadi memang ada syariat Islam yang dijalankan di sana sedang kita belum. Namun janganlah mudah terkesima. Agar kita selalu teringatkan bahwa yang patut diikuti adalah syariatNya.
Wallahua'lam.

Related Posts

Posting Komentar