blog mya wuryandari

DARI IBU UNTUK PEWARIS NEGERI: BERWIRAUSAHA UNTUK BERDAULAT

Posting Komentar

 Prolog; Sebuah Potret Negeri yang Makmur

“ Tidakkah kalian perhatikan bahwa sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk kalian apa yang ada di langit dan di bumi dan menyempurnakan untuk kalian nikmatNya lahir dan batin..”

(QS. Luqman:20)

Indonesia merupakan negara dengan tingkat biodiversitas tertinggi ke dua di dunia setelah Brasil. Fakta tersebut menunjukkan tingginya keanekaragaman sumber daya alam hayati yang dimiliki Indonesia, dan hal ini, berdasar protokol Nagoya, akan menjadi tulang punggung perkembangan ekonomi yang berkelanjutan.(1)

Bila digabungkan darat dan laut, biodiversitas Indonesia menjadi yang terkaya di dunia. Luas Indonesia hanya 1,3% dari luas bumi, tetapi diperkirakan 15% dari total kekayaan hayati yang sudah tercatat di dunia dapat ditemui di Indonesia. Dari Kepulauan Raja Ampat Papua saja ditemukan sekitar 537 jenis terumbu karang atau 75% dari seluruh spesies terumbu karang yang pernah ditemukan di bumi.  Keunggulan alam juga membuat Indonesia memiliki berbagai rasa kopi, sapi bali, tembakau deli, karet, kelapa sawit, bermacam-macam kayu yang bernilai ekonomi tinggi. Sampai hari ini Indonesia masih menjadi eksportir utama pala, kayu manis, cengkeh, lada, dan menyumbang 16% produksi kakao dan 7% kebutuhan kopi dunia, serta eksportir utama minyak sawit mentah. Ekspor produk pertanian Indonesia tahun 2015 hanya USD5,6 miliar atau 3,49% dari total ekspor. Namun, nilainya lebih besar dibandingkan produk sampingan minyak bumi, tambang, dan gas yang terus menurun, belum terhitung 19,45% sumbangan hasil olahan kelapa dan kelapa sawit untuk ekspor di sektor industri.(2)  

Belum lagi jenis bahan tambang yang dimiliki; petroleum, gas, nikel, tembaga, bauksit, timah, batubara, emas dan perak.

Dengan begitu banyak kekayaan negeri ini yang Allah anugerahkan kepada kita, sungguh menjadi kekufuran ketika kita tidak mampu bersyukur atasnya.

“Dia telah menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya” (QS Hud : 61)

Alam ini ditundukkan Allah untuk manusia, menjadi hak manusia untuk menggunakannya. Pemakmuran dunia merupakan target yang harus diupayakan oleh manusia sebagai target yang menghantarkan pada kebahagiaan di akhirat.

Namun, ada beberapa fenomena yang tidak dapat kita abaikan, diantaranya bahwa sumber daya alam negeri ini belum dimanfaatkan untuk kemaslahatan rakyatnya sendiri, penguasaan asing atas kekayaan kita, tersebarnya kemiskinan, serta kerancuan sistem ekonomi di tengah berbagai sistem.

Ustadz Hassan Al Banna berkata, ‘Tidak ada sesuatu yang lebih menggerakkan jiwa, menarik perhatian, dan menyakitkan perasaan, selain keterhimpitan ekonomi, yang mencekik rakyat dan menghalangi mereka untuk sekedar memnuhi kebutuhan primer hidupnya, bukan kebutuhan sekunder. Tidak ada krisis yang lebih berat dibanding krisis roti, tidak ada bencana yang lebih dahsyat dibanding bencana kelaparan dan kemiskinan, dan tidak ada kebutuhan yang lebih mendesak dibanding kebutuhan makanan.’ (3)

Hal ini selaras dengan apa yang disampaikan oleh salah satu tokoh nasional kita, Prabowo Subianto. Beliau menyampaikan, ‘Kita bisa hidup tanpa gedung dan mobil, tapi kita tidak bisa hidup tanpa beras, jagung dan singkong’.(4) Makanan, terutama yang pokok adalah kebutuhan dasar manusia untuk bisa tetap hidup. Kebutuhan pokok yang seharusnya melimpah ruah di negeri kita yang kaya raya ini, rakyatnya seharusnya bisa makmur. Jika beras sebagai makanan pokok saja tidak bisa dikendalikan keberlangsungannya untuk kebutuhan rakyat, tergantung pada pihak asing, maka bagaimana negeri ini bisa berdaulat.

Untuk itulah, dalam tulisan ini, saya sebagai penulis, seorang ibu rumah tangga yang memahami betul kesulitan rakyat negeri ini bahkan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya, mengajak para pemuda pewaris negeri ini untuk bangkit bersama. Kita punya semuanya di sini, di negeri yang makmur ini, tapi kita tidak bisa menggunakannya sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat. Sebuah ironi yang menyesakkan. Karya kecil ini saya persembahkan untuk para pemuda pewaris negeri ini, harapannya mampu menyemangati untuk bangkit, bersatu, menyongsong kebangkitan rakyat dan negeri ini. Membangun Indonesia yang penuh berkah, berdaulat, adil dan makmur.

Mandiri; Berdiri di Kaki Sendiri

Allah Azza wa Jalla telah memerintahkan kaum muslimin untuk melakukan jihad yang lestari. Kemungkinan untuk terjadinya peperangan selalu terbuka lebar, hal ini bahkan sesuatu yang sangat prinsip. Karena pertentangan terhadap hukum Allah itu pasti ada. Oleh karena itu, menjadi suatu keniscayaan bahwa umat Islam haruslah menjadi umat yang mandiri. Negara kita, yang jumlah penduduk muslimnya mencapai 230 juta jiwa dari total penduduk 270 juta jiwa, pun diharapkan bisa selalu berada dalam kondisi yang tidak tergantung pada pihak lain.

Kita perlu mempersiapkan segala urusan kita berdasar prinsip kemandirian. Yakni, merasa cukup dengan apa yang kita miliki, dan tidak tergantung pada pihak lain. Karenanya wajib bagi umat Islam menyusun  strategi demi terealisasinya ekonomi yang mandiri.

Di samping itu, adalah suatu kewajaran bila kita membebaskan kondisi perekonomian kita dari dominasi orang-orang kafir. Sampai pada masalah yang kecil sekalipun. Diriwayatkan bahwa ketika Rasulullah Saw. tiba di Madinah, pasar pada waktu itu dikuasai oleh Yahudi. Lalu, Rasulullah saw. membangun pasar yang lain untuk kaum muslimin. Bukan berarti kaum muslimin tidak boleh melakukan perdagangan atau hubungan ekonomi dengan pihak lain. Namun diharapkan meskipun kita menjalin hubungan dengan mereka, kita berada dalam kondisi yang cukup dan tidak bergantung pada pihak lain.(5)

Kita memiliki sumber daya alam yang begitu banyak, potensi kekayaan negeri ini begitu besar. Kita hanya perlu berupaya memanfaatkan anugerah yang diberikan Allah pada negeri ini dengan baik. Jika umat di negeri ini bersatu, berupaya bersama dalam pemanfaatan kekayaan alam yang begitu melimpah ini dengan amanah, niscaya kita mampu mandiri, dunia bahkan akan membutuhkan kita.

Teladan utama; wirausahawan yang berdedikasi

Tentu kita tak asing dengan sosok teladan utama kita, Rasulullah Muhammad saw.  Beliau adalah contoh sosok mandiri yang piawai dalam berwirausaha. Dengan sikap amanah dan kejujurannya beliau menjadi pedagang yang handal dan cakap.

Kita juga dicontohkan oleh sosok teladan sebelum Rasulullah, yakni Nabi Daud as. Seorang Raja, yang tak pernah menggunakan kekayaan rakyatnya bahkan untuk kebutuhan pokoknya. Ia raja, namun selalu bekerja untuk memenuhi kebutuhan makanannya. Allah mengingatkan kisah ini dalam sebuah hadits,

“Tidaklah seseorang memakan makanan yang lebih baik dari memakan hasil jerih payahya sendiri, dan sesungguhnya Nabi Daud as. Makan dari hasil jerih payahnya sendiri” (H.R. Bukhori)

Sebagai Rasul, jiwa kewirausahaan Muhammad saw tidak dimilikinya sendiri. Beliau juga mengajarkannya pada orang lain, dikisahkan dalam sebuah hadits yang disampaikan Anas bin Malik, ra. Bahwa ada seorang pemuda yang hendak meminta pekerjaan pada Rasulullah, lalu beliau justru menanyakan apa yang dimiliki pemuda tersebut. Barang yang dimiliki lalu dilelang ke para sahabat, kemudian uangnya dibelikan modal berupa kampak, sehingga pemuda tersebut bisa mencari kayu bakar, yang kemudian dapat ia jual. Setelah limabelas hari, maka pemuda tersebut pun melaporkan hasil usahanya sudah dapat mencukupi kehidupannya.

Demikian jiwa wirausaha teladan kita, nabi dan rasul Allah. Serta dedikasinya untuk umat ini. Maka seyogyanya kita umatnya, mengikuti langkah langkah yang beliau ajarkan dalam memperoleh serta mengembangkan harta yang dimiliki. Secara individu, maupun keumatan, terlebih bangsa ini memiliki kekayaan sedemikian besar yang perlu dikelola, dikembangkan serta dilestarikan oleh para pewarisnya.

Pewaris negeri; Pemuda Rusyda

            Pemuda, adalah sosok manusia yang telah mencapai masa baligh. Masa ini, manusia telah dikenakan hukum syariat. Meski dalam usia muda. Dalam syariat hukumnya sama dengan manusia dewasa. Namun berbeda hal nya soal pemberian harta. DR. Khalid AsySyantut dalam bukunya Mendidik Anak Laki-laki menyampaikan bahwa perbedaan perlakuan anak-anak yang telah baligh dengan dewasa adalah soal harta. Sebagaimana firman Allah swt,

Dan janganlah kamu serahkan pada mereka yang belum sempurna akalya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaan) kamu yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Dan ujilah anak-anak yatim itu sampai mereka cukup umur untuk menikah. Kemudian jika menurut pendapatmu mereka telah cerdas (pandai memelihara harta), maka serahkanlah kepada mereka hartanya.

(QS An Nisaa’ :5-6)

            Jumhur ahli fikih (Hanafiyah, Malikiyah da Hanabilah) menyimpulkan bahwa ar Rusyd adalah baiknya pengendalian harta walau ia fasik, yakni memiliki kemampuan mengatur harta, mengembangkannya, menjaganya dan memperbaikinya, juga baik dalam membelanjakannya serta mampu membedakan yang manfaat dan yang membahyakan.(6)

Ibnu Abbas berkata, yaitu baik dalam harta. Siapa yang mampu berbuat baik pada hartanya sungguh ia telah mendapatkan ar rusyd dalam dirinya. (6)

Begitulah Allah sampaikan dalam kitabNya, bahwa hendaknya pemuda muslim memiliki sifat rusyda dalam dirinya. Agar cakap dalam mengelola dan mengendalikan hartanya. Karena kelak negeri ini akan diwarisi oleh para pemudanya. Penting bagi pemuda pewaris negeri ini memiliki sifat rusyda ini, agar dalam mengelola kekayaan yang dimiliki negeri ini bisa dipergunakan dengan baik, untuk dirinya maupun umat secara keseluruhan.

Berwirausaha untuk berdaulat

Angka perkembangan manusia di Indonesia dan juga dunia semakin meningkat. Semakin pesat tumbuhnya populasi, semakin tinggi pula angka penganggurannya. Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, pada tahun 2017 telah terjadi kenaikan jumlah  pengangguran di Indonesia sebesar 10.000 orang menjadi 7,04 juta orang pada Agustus 2017 dari Agustus 2016 sebesar 7,03 juta orang.(7)

Telah disampaikan di pembahasan sebelumnya bahwa Rasulullah mengutamakan menyuruh pemuda berwirausaha dengan modal sekecil apapun yang dimilikinya. Meski secara logika mungkin lebih mudah Rasul menyuruhnya mencari pekerjaan. Rasul lebih suka menyuruhnya berdagang atau berwirausaha daripada menyuruhnya bekerja.

Menjadi sangat relevan saat ini terutama di tengah maraknya kemudahan investasi serta kerjasama dengan asing. Perlahan lahan asset bangsa dikuasai asing sehingga Negara kehilangan daulat atas negerinya sendiri. Kementerian Tenaga Kerja mencatat, jumlah tenaga kerja asing (TKA) hingga saat ini mencapai 126 ribu orang atau meningkat 69,85 persen dibandingkan akhir 2016 sebanyak 74.813 orang. Mayoritas pekerja tersebut berasal dari China.(8)

Ombudsman Republik Indonesia menemukan, tenaga kerja asing (TKA) yang bekerja di Indonesia mendapatkan bayaran jauh lebih tinggi dari pekerja lokal yang bekerja di posisi yang sama. Bahkan, perbedaan gaji pekerja lokal dan tenaga kerja asing bisa mencapai tiga kali lipat.(9) Hal ini akan membuka peluang semakin banyak warga asing berpenghasilan tiggi dan menguasai negeri ini, sedang warga Negara hanya bisa menggigit jari melihat warga asing perlahan menguasai negerinya.

Wirausaha adalah seseorang yang mandiri, yaitu orang yang memilki perusahaan sebagai sumber penghasilannya. Dengan kata lain ia tidak menggantungkan dirinya kepada orang lain. Untuk mendirikan perusahaanya ia menghimpun sumber-sumber atau faktor produksi dan menyusun organisasi perusahaan. Karena tindakan-tindakan itu mempunyai dampak pertama kepada dirinya sendiri, yaitu menciptakan lapangan pekerjaan kepada masyarakat dan pemerintah, yaitu menciptakan lapangan kerja bagi tenaga kerja yang lain serta penghasilan, mengerjakan sumber-sumber bahan baku yang belum digunakan sehingga menjadi bermanfaat bagi masyarakat, menciptakan teknologi sehingga menambah akumulasi untuk teknologi yang sudah ada dalam masyarakat, mendorong investasi dibidang-bidang lain, memperluas dasar pajak bagi pemerintah dan meningkatkan citra bagi suatu bangsa, sehingga secara keseluruhan mendorong pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Menurunnya tingkat pengangguran berdampak terhadap naiknya pendapatan perkapita dan daya beli masyarakat, serta tumbuhnya perekonomian secara nasional.(10)

Ekonomi tanpa generasi muda ialah suatu ketidakmungkinan seumpama burung tanpa sayap. Hal ini dikarenakan ekonomi akan selalu membutuhkan anak muda sebagai tenaga kerja yang produktif sekaligus juga aktor pasar yang konsumtif. Dimana generasi muda hadir, disitulah terletak [potensi] pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Fakta menunjukkan bahwa Eropa dan Jepang dengan populasi penduduknya yang semakin menua ternyata semakin stagnan bahkan mengalami kemunduran dalam hal pertumbuhan ekonomi dibandingkan Asia dan Afrika dengan populasi muda yang sangat besar dimana pertumbuhan ekonominya relatif semakin tinggi. Namun yang menjadi isu utama saat ini adalah bagaimana memberdayakan pemuda sebagai penggerak utama perekonomian dunia secara optimal dan berkelanjutan.

Sebagai negara yang mengalami bonus demografi yakni populasi anak muda yang melimpah, Indonesia harus memberdayakan generasi mudanya untuk kegiatan produktif terutama bagi perekonomian. Kewirausahaan adalah kunci utama untuk mempertahankan kedaulatan ekonomi dan anak muda berperan begitu potensial didalamnya. Pemerintah, kelompok bisnis, institusi pendidikan, lembaga masyarakat sipil, dan lingkungan sosial serta keluarga haruslah bersatu-padu untuk mendukung terciptanya lingkungan yang akomodatif bagi anak muda untuk berwirausaha. (11)

Epilog;

Mari bersatulah wahai pemuda pewaris negeri, bangkit dan bangunlah kembali izzah negeri ini dengan menjadi pemuda yang cakap dalam mengelola harta, pemuda yang mandiri, pemuda yang mempu berjuang lewat wirausaha untuk kemudian menjaga kedulatan negeri ini.

Related Posts

Posting Komentar