blog mya wuryandari

Optimalisasi Pendidikan Melalui Kelas Pisah Gender

Posting Komentar

 

kelas pisah gender

Bismillahirrohmaanirrohiim.

Kali ini ummi mya ingin membahas tentang pendidikan di negeri kita ya teman-teman. gaya banget ya, wkwkwk ya anggaplah sumbangsih pemikiran sebagai bentuk kepedulian terhadap pendidikan generasi penerus.

Sebenarnya, bahasan ini pernah ummi mya tuangkan dalam sebuah essay yang dilombakan dulu, namun file nya belum nemu lagi, huhuhu eman-eman ya. Karenanya ummi mya tulis lagi di sini supaya mengarsipkan pemikiran ini. Mungkin bahasan di sini belum lengkap nantinya karena sifatnya sebagai pembuka wacana. Untuk selanjutnya bisa dikembangkan agar diteliti lebih lanjut.

Ya, ini adalah wacana tentang pemisahan kelas di sekolah berdasar gender, atau pemisahan kelas antara putra dan putri di suatu sekolah. Kita ketahui bahwa sebagian besar sekolah di sekitar kita masih menerapkan kelas campur antara laki laki dan perempuan. Pun sekolah yang menyatakan diri sebagai sekolah Islam. Padahal di usia di mana anak-anak ini sudah cukup besar, bahkan sudah baligh.

Tulisan ini hanya mengajak untuk memikirkan ulang tentang kebijakan pemisahan kelas berdasar gender. Barangkali bisa membawa kebaikan lebih banyak. Bagaimanapun ada syariat yang melandasinya. Pemenuhan syariat adalah kunci keberkahan. Dengan kelas pisah gender ini, berharap pendidikan yang diselenggarakan bisa mencapai optimalisasinya.

Apa itu Kelas  Pisah Gender?

Kelas  berbasis gender merupakan pemisahan kelas laki-laki dan perempuan adalah model pemisahan yang membagi peserta didik berdasarkan jenis kelamin, jadi peserta didik yang berjenis kelamin laki-laki berada dalam satu ruang kelas dengan jenis kelamin sama begitu juga sebaliknya.

Mengapa Harus Pisah Gender?

Banyak sekolah menerapkan kelas pisah gender dengan berbagai alasan. Namun di sini saya hanya akan menyampaikan alasan berdasar syariat. Karena alasan syariat adalah alasan mendasar.

Perbedaan Anak Laki-laki dan Perempuan

beda Laki  dan Perempuan
“dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan”  Q.S Ali Imran : 36

Allah langsung yang memberikan informasi kepada kita bahwasanya anak laki-laki itu tidak sama dengan anak perempuan. Karenanya pendidikan yang diberikan kepada anak laki-laki akan berbeda dengan anak perempuan.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki dan perempuan belajar dengan cara yang berbeda. Penelitian menunjukkan bahwa otak anak perempuan berbeda dengan otak anak laki-laki.

Contoh yang terjadi, sejumlah riset untuk mengkaji bagaimana gender berhubungan dengan pembelajaran matematika, laki-laki dan perempuan dibandingkan dengan menggunakan berbagai variabel termasuk kemampuan kinerja, bakat, bawaan, motivasi, dan sikap.

Sejumlah penelitian meyakini bahwa pengaruhi faktor jenis kelamin dalam matematika ialah disebabkan terdapatnya perbedaan biologis dalam otak siswa laki-laki dan perempuan yang terungkap melalui pengamatan, bahwa siswa perempuan, secara umum, lebih unggul dalam bidang bahasa dan menulis, sedangkan siswa laki-laki lebih unggul dalam bidang matematika sebab sejumlah kemampuan ruangnya yang lebih baik. Dampaknya, perbedaan gender dalam matematika sangat sukar untuk diubah.

Begitulah, karena mendampingi, mendidik anak laki-laki tidak sama dengan mendidik serta mendampingi anak perempuan.

Menghindari  Ikhtilat

Ikhtilat diartikan sebagai pencamurbauran antara laki-laki dan perempuan. Hal ini dilarang agar tidak menjerumuskan manusia kepada hal yang lebih terlarang lagi.

“dan janganlah kamu mendekati zina, itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isra’: 32).

Bahwa Allah Ta’ala telah menjadikan kekuatan bagi laki-laki dan naluri tertarik kepada wanita. Demikian juga Allah telah menjadikan naluri wanita tertarik kepada laki-laki bersamaan dengan kelemahan dan kelembutannya. 

Maka jika terjadi percampuran (antara keduanya) niscaya timbullah dampak-dampak yang menimbulkan tujuan yang buruk, karena sesungguhnya jiwa itu banyak memerintahkan kepada keburukan, dan hawa-nafsu akan membutakan dan menjadikan tuli, serta syaithan akan memerintahkan kekejian dan kemungkaran. 

Adapun secara terperinci bahwa syari’at itu dibangun di atas al-maqashid (tujuan-tujuan) dan wasa-il (sarana-sarana) nya. Dan sarana yang menghantarkan kepada satu tujuan memiliki hukum yang sama dengan tujuan. Wanita adalah tempat untuk menyalurkan kebutuhan laki-laki, dan Pembuat syari’at telah menutup pintu-pintu yang menghantarkan kepada keterikatan setiap individu dari kedua jenis itu kepada yang lain. (https://almanhaj.or.id/2844-ikhtilath-sebuah-maksiat.html)

Pemisahan kelas di sekolah ini justru meningkatkan konsentrasi para siswa karena salah satu pengalih konsentrasi mereka, yakni ketertarikan dengan lawan jenisnya paling tidak dihilangkan. Ini terjadi di salah satu SMA Negeri di Aceh yang menerapkan kelas pisah gender ini. Siswa di sana berpendapat pemisahan ruang belajar antara laki-laki dan perempuan ini bisa membuat mereka lebih fokus belajar. Menurutnya tingkat konsentrasi belajar antara siswa perempuan dan laki-laki berbeda. Pemisahan ruang kelas ini, kata dia, bisa membuat mereka lebih nyaman belajar.

Bagaimana Penerapannya?

Diharapkan pemisahan kelas berdasar gender ini bisa dimulai ketika anak-anak memasuki usia pra baligh, atau sekitar kelas besar usia dasar, yakni memasuki kelas , 5 dan 6. Untuk kelas lebih besar lagi sekitar usia SMP atau SMA maka lebih utama lagi untuk diterapkan mengingat mereka sudah usia baligh.

Kelas Pisah Gender di negeri lain

Kelas pisah gender ini sudah banyak diterapkan di negara lain bahkan Negara yang tidak mayoritas beragama muslim. Mereka menyebutnya single sex class. Di Amerika sendiri misalnya, tahun 2006 mulai muncul kelas ini dan kini sekitar 80 sekolah sudah menerapkan kelas pisah gender ini. Hal ini karena mereka menyadari adanya perbedaan anatara laki-laki dan perempuan serta cara mendidik mereka.

Berharap Keberkahan

Demikian bahasan singkat tentang wacana kelas pisah gender ini, masih banyak hal yang bisa dikulik, serta informasi yang bisa didapat. Tulisan ini hanya sebagai pemantik untuk mencari tahu masalah ini lebih jauh lagi.

Terlepas dari semua pendapat dan alasan penguat adanya kelas pisah gender, saya hanya ingin menyampaikan, bahwa ketika Al Qur’an dan Hadits telah memberi  petunjuk, maka mengikutinya adalah yang lebih utama, karena kita berharap bukan sekedar keberhasilan, kesuksesan atas metode yang kita pilih berdasar logika. Namun ada keberkahan yang ingin kita capai dengan mengikuti petunjuk sesuai syariat. Allahu a’lam.

thaha123

"Jika datang kepadamu petunjuk dari-Ku, maka (ketahuilah) barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka." Q.S Thaha : 123

Semoga Allah bimbing kita.

salam, ummi mya

Related Posts

Posting Komentar