blog mya wuryandari

Sinergi Media Memberantas Kusta

16 komentar

 

talkshow KBRxNLR

Suatu hari, teman saya pernah bertanya, masih ada ya penyakit kusta di Indonesia?

Wah, ternyata pembelajar, sebagian masyarakat Indonesia menganggap kusta ini sudah tidak ada lagi di Indonesia. Meskipun kondisi demikian adalah cita-cita kita bersama, namun sayangnya, negara kita ini belum benar-benar bebas dari kusta. Masih ada kasus yang terjadi di sebagian wilayah negeri ini. Karenanya, pemberantasan kusta menjadi salah satu agenda yang masih terus diperjuangkan.

Bahkan menurut data, jumlah kasus kusta baru stagnan selama 10 tahun terakhir, sekitar 16.000-18.000 kasus, kondisi ini menempatkan Indonesia sebagai negara dengan kasus kusta tertinggi ketiga di dunia.

Disabilitas kusta juga masih tinggi, mencapai 6.6 per 1.000.000 penduduk pada tahun 2017, meskipun pemerintah menargetkan kurang dari 1 per 1.000.000.

Data tersebut, menunjukkan keterlambatan dalam penemuan dan penanganan kusta yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae dan faktor penularan melalui kontak. Pasien kusta dan penyandang disabilitas seringkali kesulitan mendapatkan layanan kesehatan yang memadai dan informasi mengenai perawatan kusta. Sangat disayangkan, karena hal ini meningkatkan risiko penularan dan jumlah kasus baru kusta.

Oleh karena itu, perlu penyebaran informasi yang benar dan komprehensif tentang kusta kepada masyarakat melalui media, termasuk media sosial, media online, dan media elektronik. Media, pers mahasiswa, dan jurnalis warga harus memainkan peran penting dalam mengatasi hoaks, mitos, dan stigma seputar kusta serta menyampaikan informasi yang valid dan inklusif tanpa menciptakan stigmatisme dan diskriminasi yang dapat mempengaruhi kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial penderita kusta.

Untuk kesekian kalinya, Ummi Mya berkesempatan lagi bergabung mengikuti talkshow Ruang Publik KBR yang membahas tentang kusta. Kali ini, membahas tentang peran media dalam menyuarakan isu kusta. Apa dan bagaimana media mampu berperan dalam menyuarakan kusta dan membantu memberantas keberadaannya di negeri ini? Yuk kita simak catatan talkshow kemarin yang dipandu Mas Rizal Wijaya dengan narasumber Bapak Ajiwan Arief Hendradi, s.s dari Solider News.

Berkenalan dengan Solider News

Solidernews.com adalah satu media alternatif yang berfokus menyuarakan isu advokasi disabilitas di seluruh Indonesia yang berada di bawah naungan lembaga Sasana Inklusi dan Gerakan Advokasi Difabel (SIGAB) Indonesia. Bekerja di lingkup nasional, maka Solider  News menyuarakan isu disabilitas dari seluruh wilayah di Indonesia.

Harapannya agar isu disabilitas ini semakin luas bisa dijangkau, bisa semakin diketahui, terliterasi, dan goalsnya adalah masyarakat disabilitas tidak lagi terpinggirkan, tidak lagi terdiskriminasi, tidak lagi terstigmatisasi, kemudian Indonesia inklusi akan terwujud.

Solider news adalah media partisipatif. Artinya, setiap orang yang memiliki ketertarikan dengan disabilitas atau kusta bisa berkontribusi untuk menulis di sana. Pak Ajiwan pun mengajak siapapun yang berminat untuk ikut aktif dalam menyuarakan isu disabilitas dan kusta ini untuk berkontribusi di Solider news.

solider news


Peran Media dalam Menyuarakan Isu Kusta

Kusta masih menjadi penyakit yang dialami banyak orang di Indonesia. Hal ini menjadi tantangan untuk memberantas kusta. 

Media seringkali menjadi sumber informasi dan panutan bagi masyarakat. Sehingga media memiliki peran yang cukup besar untuk memberikan informasi, literasi serta advokasi untuk isu kusta ataupun difabel.

Redaktur Solider News, Ajiwan Arief Hendradi, s.s dari Jogjakarta menyampaikan, solider sendiri secara umum memang sudah menyuarakan isu disabilitas, namun secara spesifik belum tentang kusta. Karena kusta juga erat kaitannya dengan disabilitas, maka Solider pun menjalin kerjasama dengan lembaga-lembaga terkait, seperti NLR untuk menyuarakan isu kusta dengan menghadirkan tulisan-tulisan, liputan-liputan juga opini-opini terkait bagaimana menyuarakan isu kusta ini agar bisa lebih diketahui masyarakat.

Solider memang sedang menjalin kerjasama yang erat dengan NLR. Sudah cukup lama setiap tahun ada kegiatan yang dilakukan.

Di tahun 2021 misalnya, Solider melatih para dampingan NLR di berbagai daerah untuk bisa menulis, agar bisa berdaya dan menyuarakan isu kusta di media sosial masing-masing. Tahun 2022 mendampingi jurnalistik teman-teman NLR agar bisa lebih masif dalam menyuarakan isu kusta.

Solider juga sedang melaksanakan pelatihan magang untuk OYPMK untuk bisa menulis baik di Solider ataupun media lain serta bisa memasifkan media sosial mereka untuk menyuarakan isu kusta ini. Solider sangat terbuka untuk OYPMK maupun penyandang disabilitas untuk menulis di Solider.

Solider news juga menganalisa teman-teman OYPMK, kemudian mencari cara bagaimana agar bisa lebih dalam dalam menyuarakan isu kusta. Ada sekitar puluhan artikel tentang kusta di webnya.

Respon dari teman-teman OYPMK pun cukup baik, selain ada penulisnya, banyak pula yang membaca di media, selain itu mereka juga turut membagi link artikelnya. Sehingga, tulisan-tulisan tersebut bisa sampai ke lebih banyak orang.

ajiwan


Mengatasi berita hoaks

Tujuan lain dari optimalisasi media adalah agar berita-berita hoaks mengenai kusta ataupun disabilitas bisa diminimalisir. Karena berita hoaks saja sangat banyak bukan hanya mengenai kusta dan disabilitas saja.

Salah satu cara menghindari berita hoaks, menurut Pak Ajiwan sebagai redaktur, adalah  memverifikasi berita. Ini bisa dilakukan dengan mencari data lebih sahih, lewat google ataupun buku. Atau bisa pula mengunjungi situs situs yang memang dibuat untuk memverifikasi data. 

Karenanya, penting adanya peran media-media alternatif yang sudah terverifikasi seperti solider karena berada di bawah lembaga yang terverifikasi, maka akan berupaya menyajikan berita yang sudah terverifikasi pula.

Tanya Jawab Peserta Talkshow

Acara talkshow kali ini seru sekali. Peserta banyak yang penasaran dengan langkah-langkah media ini dalam memberantas kusta, juga ikut bersemangat untuk bisa berperan serta sebagai agen pembawa isu kusta dengan informasi yang benar agar masyarakat bisa teredukasi.

Salah satu pertanyaannya adalah, apakah ada program khusus untuk daerah terpencil dalam mengabarkan isu kusta ini. Karena dianggap, daerah terpencil sulit mendapat akses sehingga informasi yang sampai pun bisa jadi sangat minim.

Pak Ajiwan menjelaskan, teman-teman OYPMK memang banyak yang berada di daerah terpencil atau pedesaan. NLR juga memiliki banyak dampingan di desa-desa di seluruh Indonesia. Hal ini menjadi manfaat tersendiri untuk menyampaikan edukasi dan sosialisai mengenai kusta di wilayah tersebut. 

Dampingan-dampingan di daerah ini diberikan keterampilan serta diajak turut berperan untuk menyuarakan isu kusta ini dengan baik melalui media sosial agar bisa menjangkau seluruh negeri.

Stigma yang Tak Pernah Hilang

Pak Ajiwan juga membahas salah satu masalah kusta yang tidak kunjung rampung, yakni stigmatisasi. Stigma yang diterima teman-teman OYPMK ini masih cukup banyak. Ada yang terkucilkan bahkan dari keluarganya sendiri, dipisahkan antara alat makan, dan lainnya. Sebenarnya ini adalah diskriminasi yang tidak perlu.

Bisa dibayangkan ya pembelajar. 

Para pasien kusta ini yang seharusnya mendapat support penuh dari keluarga untuk berjuang sembuh, justru emndapat perlakuan diskriminatif bahkan di keluarganya sendiri.

Hal-hal seperti ini yang akhirnya justru menghambat pemberantasan kusta. Karena khawatir akan stigma, diskriminasi, seseorang yang bergejala dan mulai waspada dengan kondisinya, menjadi enggan terbuka dan akhirnya terlambat untuk tertangani.

Keterlambatan dalam penanganan ini yang akhirnya justru membuat kusta ini menular, karena pasien yang sudah melakukan pengobatan sangat kecil kemungkinannya bisa menularkan. Juga, membuat bakteri kusta semakin menggerogoti tubuh sehingga bisa menimbulkan disabilitas.

Bersyukur, hadirnya media pejuang pemberitaan kusta seperti solider ini telah memberikan perkembangan signifikan dalam 5 tahun terakhir ini sehingga awareness serta pemahaman tentang kusta meningkat seiring dengan pengetahuan tentang kusta ini terus diberikan.

Demikian pembelajar beberapa hal yang ummi mya pelajari dari talkshow KBR yang disponsori NLR juga bekerjasama dena Solider News. Semoga media-media yang ada bisa saling bersinergi untuk membawa informasi yang benar tentang kusta sehingga bisa mendorong mendorong percepatan pemberantasan kusta di negeri tercinta ini. Semoga kita dengan langkah kecil kita melalui media apa saja yang kita miliki, bisa juga bisa bermanfaat. Terimakasih sudah membaca.

 

Salam, ummi mya

 

 

Related Posts

16 komentar

  1. Saya sendiri memang belum pernah bertemu dengan penderita kusta secara langsung...semoga semua terus semangat ya bersinergi memberantas kusta

    BalasHapus
  2. Kasihan banget ya para OYPMK. GAk hanya melawan penyakit kusta yang sangat membandel dan menular, tapi juga melawan stigma negatif di masyarakat. Edukasi juga tidak hanya fokus pada penyakit dan pasiennya saja, tapi masyarakat luas harus dilibatkan...

    BalasHapus
  3. Masih jadi PR kita bersama ya mbak, untuk mengedukasi tentang kusta ini, dan merubah stigma masyarakat agat tidak mengucilkan penderita kusta.

    BalasHapus
  4. Di era digital saat ini memang ruang komunikasi efektif adalah melalui media sosial ya mba.
    Dan melalui media sosial kita bisa memberikan sosialisasi yang tepat dan benar terhadap kusta.
    Sehingga masyarakat memiliki pandangan yang benar, tanpa ada stigma negatif lagi.

    BalasHapus
  5. benar-benar saya baru tahu kalau penyakit kusta erat kaitannya dengan disabilitas..memang perlu menghadirkan banyak tulisan tentang OYPMK ini untuk mencerahkan masyarakat

    BalasHapus
  6. Penting banget kerja sama antar media dalam menyamakan persepsi untuk memberantas kusta di Indonesia dan juga mengedukasi masyarakat tentang fakta-fakta kusta sebenarnya agar tidak terjadi mis informasi sampai akhirnya menjadi penyebab banyaknya hoaks yang beredar tentang kusta

    BalasHapus
  7. Masih banyak sekali penyakit yang belum diketahui masyarakat, termasuk kusta ini. Oleh karena itu, bagus sekali jika media membahas dengan referensi yang luas dan tepercaya.

    BalasHapus
  8. Saya kira juga sudah tidak ada penyintas kusta, ternyata selama sepuluh tahun ini angkanya masih tinggi. Peran media memang penting untuk menyebarluaskan informasi valid terkait penyakit tersebut.

    BalasHapus
  9. Serem ya kalau sampai terjadi disabilitas karena kusta, bagaimana penyakit ini dibiarkan atau sangat lambat diobati sampai-sampai mengakibatkan kecacatan.

    BalasHapus
  10. Jadi PR itu memang menghapus stigma terhadap penderita kusta, seolah menjadi penyakit masyarakat yang harus dijauhi, padahal mereka masih bisa mengakses segala fasilitas umum juga

    BalasHapus
  11. Aku juga tahu kusta karena pernah ikutan webinar KBR ini lho Um. Ternyata kusta masih ada ya. Ini lah pentingnya peran media untuk menginformasikan tentang kusta agar target Indonesia bebas kusta bisa terwujud.

    BalasHapus
  12. MAsih butuh terus disebarkan lewat media sosial, kalau kusta ini masih ada di Indonesia ya um.....

    BalasHapus
  13. selain lewat media sosial penting juga memberi penyuluhan ke masyarakat langsung. karena banyak sekali yang belum tahu banyak tentang penyakit kusta

    BalasHapus
  14. informasi seperti ini harus lebih banyak digaungkan sepertinya ya, soalnya kasihan banget para penderitanya, sudah harus berjuang melawan penyakit, masih harus berjuang melawan stigma negatif masyarakat juga

    BalasHapus
  15. Butuh perjuangan agar bisa terus melakukan perubahan, khususnya perubahan stigma agar masyafakat kembali aware dan bisa menempatkan kembali mereka para oypmk dalam tatanan sosial yang normal

    BalasHapus
  16. Semoga dengan tulisan OYPMK di Solider News bisa membuat orang-orang paham kalau kusta itu gak menular semudah itu, apalagi kalau sudah berobat dan dinyatakan sembuh.

    BalasHapus

Posting Komentar